Peringati HUT ke-252, Kesultanan Pontianak Ajak Masyarakat Mengenal Sejarah

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

PONTIANAK, insidepontianak.com - Kota Pontianak akan memperingati hari jadi yang ke-252 tahun pada 23 Oktober 2024.

Pangeran Wiranata Kusuma Istana Kadriah Kesultanan Pontianak, Syarif Usmulyani Alqadrie pun mengajak masyarakat memaknai momentum ini dengan kembali mengenang kesejarahannya.

Sebab, dengan cara itu, masyaraklat akan bisa lebih menghargai dan menjaga nilai-nilai kebudayaan yang ada di Kota Pontianak supaya tetap Lestari.

Menurut Usmuliyani, Kota Pontianak merupakan peradaban baru yang tidak lepas dari sejarah, di mana sebuah wilayah tadinya hutan belantara menjadi pusat kota Kalimantan Barat.

Sejarah ini tidak terlepas dari peranan seorang pangeran raja muda yang jenius, bernama Syarif Abdurrahman atau dikenal sebagai Sultan Abdurrahman.

Sultan Abdurrahman menginjakkan kakinya di Pontianak pada tanggal 4 bulan Rahmadhan 1185 H (1771M).

Sultan Abdurrahman bin Habib Husin adalah putra asli Kalimantan kelahiran Matan dari ibunya Kerajaan Matan dan istrinya dari Keturunan Raja Bugis Mempawah dari Kerajaan Banjar.

Usmulyani mengatakan, alasan Sultan Abdurrahman datang ke Pontianak, karena wilyah ini dianggap strategis, dengan pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Jalur perairan ini diyakini menjadi akses yang bagus untuk mobilisasi kegiatan perekonomian.

"Karena Beliau melihat letak strategisnya sebagai daerah yang nantinya akan berkembang pesat," kata Syarif Usmulyani Alqadrie, Minggu (15/10/2023).

Ia mengungkapkan, Pontianak sangat cocok dengan ramainya lalu lintas dari pedalaman dan perdagangan antar-pulau yang ada di Nusantara-Malaka dan antar-negara.

"Daerah ini sangat strategis dibangun untuk dijadikan sebagai pusat peradaban budaya Islam dan pusat kesultanan di pantai Barat Kalimantan," ungkap Usmulyani.

Oleh sebab itu, maka Sultan Abdurrahman memutuskan untuk membangun pusat pemerintahan istana kesultanan kadariah.

Usmulyani menjelaskan, bahwa hasil pemikiran jenius dari Sultan Abdurrahman muda yang kaya akan pengalaman berketetapan menjadikan Pontianak sebagai pusat perdagangan dan pusat kekuasaan.

"Beliau sudah berlayar ke berbagai negeri di Sumatera, Malaka, Banjar, Kerajaan Pasir," sambungnya.

Selanjutnya, Sultan Abdurrahman percaya dengan pergaulannya dalam berinteraksi dengan pedagang dari Cina, Perancis, Inggris, Spanyol, maupun Belanda dapat menyaingi kerajaan yang sudah ada maupun dominasi dari kekuaasaan.

Sejak saat itu, Sultan Abdurrahman mulai bertekad memperkuat sejumlah perahu dagangannya. Hal ini dilakukan untuk berlayar ke negeri Siak, Riau, Malaka, Siantan, Jambi, Palembang, Bangka dan Belitung serta negeri di pantai barat pedalaman Kalimantan.

Dari sinilah sejumlah perahu dan kapal melakukan bongkar muat barang-barang di Pontianak. Dengan kekuatan perahu layar yang besar dilengkapi persenjataan milik Sultan Abdurrahman membuat para pedagang merasa aman berdagang di Pontianak.

Oleh sebab itu, para lanon atau perompak bajak laut merasa gentar dengan kekuatan dengan kekuatan armada laut yang dimiliki Sultan Abdurrahman.

"Sejak saat itu tersebarlah berita tersebut hingga pelosok negeri," ujar Usmulyani.

Selanjutnya, mulailah Sultan Abdurrahman mengembangkan kekuasaannya dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya.

Dengan begitu Sultan Abdurrahman dapat menunjukkan eksistensi sebagai Kerajaan Baru yang patut untuk disegani oleh kawan maupun lawan.

Oleh karena itu, Usmulyani mengungkapkan, bahwa Sultan Abdurrahman telah membuktikan kepada sejarah dengan memberikan pondasi bahwa sejak dulu Pontianak sudah dikenal Dunia.

"Selain sebagai pusat kekuasaan juga sebagai pusat perdagangan dan Pusat Peradaban Budaya Islam," pungkasnya. (greg)*

Leave a comment