Lampaui Target Program MAKMUR, Pupuk Kaltim Berhasil Realisasikan 72.436 Hektare Lahan

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

BONTANG, insidepontianak.com —Sektor pertanian masih menjadi fokus utama pemerintah Indonesia untuk menjaga ketahanan pangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Menurut data Kementerian Keuangan Indonesia, sektor pertanian mencatat pertumbuhan sebesar 1,46 persen yoy dan memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) kuartal III/2023, yakni mencapai 13,57persen.

Fakta positif ini tentunya tidak lepas dari peran petani dalam bekerja keras mendukung ketahanan pangan nasional.

Sebagai produsen pupuk urea terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) tentu tak hanya fokus dalam memproduksi pupuk.

Dalam kapasitasnya mendukung ketahanan pangan nasional, tentu target Pupuk Kaltim untuk memenuhi kuota produksi dan distribusi pupuk subsidi dan non subsidi menjadi penting.

Tapi yang tak kalah penting adalah upaya dan kontribusi Pupuk Kaltim untuk mengedukasi petani dan masyarakat tentang bagaimana menjalankan dan mengelola pertanian lebih efektif.

Karena itulah, Pupuk Kaltim mendukung lahirnya program MAKMUR (Mari Kita Majukan Usaha Rakyat) yang diinisiasi Kementerian BUMN dan Pupuk Indonesia selaku induk perusahaan Pupuk Kaltim.

MAKMUR lahir sebagai program yang fokus menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan para petani hingga pendampingan secara berkelanjutan.

Program ini telah dilaksanakan sejak 2020 dan dilakukan bersama dengan Pupuk Indonesia melalui sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Program MAKMUR hadir untuk membangun kemandirian sektor pertanian agar tidak hanya bergantung pada pupuk subsidi.

Tapi tentu tak sekadar mandiri, tapi juga bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Di ekosistem MAKMUR, Pupuk Kaltim mengedukasi petani untuk menggunakan pupuk sesuai kebutuhan tanaman, sehingga produktivitas meningkat.

Direktur Utama Pupuk Kaltim Budi Wahju Soesilo menyampaikan bahwa Program MAKMUR yang dilakukan oleh Pupuk Kaltim merupakan salah satu wujud komitmen Pupuk Kaltim dalam mendukung produktivitas pertanian.

“Melalui MAKMUR, Pupuk Kaltim terus berupaya untuk menciptakan ekosistem pertanian mandiri yang dapat meningkatkan produktivitas petani. Bukan sekadar mandiri, tapi juga menciptakan ekosistem yang bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Jadi bukan hanya mengedukasi, tapi juga memberdayakan petani,” ujarnya.

Per Desember 2023, lewat program MAKMUR, Pupuk Kaltim telah berhasil merealisasikan 72.436 hektar lahan dengan jumlah petani yang tergabung 24.497 orang.

Target 2023 berhasil dicapai dengan kenaikan lahan sebesar 113,18 persen dari target 64.000 hektar.

Selain itu, melalui program MAKMUR, petani binaan Pupuk Kaltim berhasil meningkatkan produktivitas hasil panen padi dan jagung rata-rata hingga 22 persen, sehingga kesejahteraan petani juga turut meningkat lewat keuntungan hasil panen padi dan jagung yang meningkat rata-rata 50 persen.

Lewat program MAKMUR, selain memberikan edukasi mendalam terkait pemupukan yang efektif dan efisien, Pupuk Kaltim juga mengedukasi petani dengan mengoptimalkan penggunaan pupuk selain pupuk subsidi, sehingga secara tidak langsung juga mengurangi ketergantungan petani terhadap penggunaan pupuk subsidi.

Program ini telah berkembang di berbagai wilayah Indonesia, dan pada tahun 2023, Pupuk Kaltim diamanatkan untuk mengelola program MAKMUR di seluruh Sulawesi, seluruh Kalimantan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, NTB, dan NTT.

Memasuki tahun 2024, Pupuk Kaltim tentu berharap bisa menyamai capaian positif program MAKMUR di tahun sebelumnya, bahkan meningkat. Karena itu, untuk 2024 ini, Pupuk Kaltim menargetkan 72.000 hektar lahan, naik 13 persen persen dari target 2023.

“Kami menyadari bahwa peran pertanian sangat berdampak pada ketahanan pangan nasional. Maka dari itu, Pupuk Kaltim terus berkomitmen untuk mendukung para petani melalui berbagai program yang kami eksekusi. Semoga program MAKMUR yang dilaksanakan oleh Pupuk Kaltim dapat terus meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat Indonesia secara berkelanjutan,” tutup Soesilo. ***

Leave a comment