Perayaan Imlek di Pontianak, Makna dan Simbol-simbol Budaya Tionghoa

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

PONTIANAK, insidepontianak.comDor-dor-dor! Suara letupan petasan, mulai riuh di sudut-sudut Kota Pontianak, sejak matahari mulai terbenam, Jumat (9/2/2024).

Keriuhan petasan itu saling bersahutan. Menjadi tanda, malam menyambut perayaan tahun baru Imlek bagi masyarakat Tionghoa sudah tiba.

Perayaan Imlek 2575 Kongzili sendiri jatuh pada, Sabtu (10/2/2024). Petasan adalah bagian penting dari perayaan tahun baru Imlek di budaya tionghoa.

Petasan digunakan untuk mengusir roh jahat dan membawa perlindungan bagi rumah dan keluarga.

Ledakan petasan diyakini dapat mengusir energi negatif dan membawa keberuntungan serta keselamatan.

Penggunaan petasan juga adalah cara untuk menyambut Tahun Baru Imlek dengan meriah dan semangat. Suara ledakan petasan menjadi bagian penting dari atmosfer perayaan yang penuh kemeriahan.

Cahaya Menuntun Harapan

Suasana kemeriahan menyambut malam tahun baru Imlek di Pontianak, juga sangat khas dengan hiasan ribuan lampion menyala merah, bergelantungan di sepanjang Jalan Gajah Mada. Juga menjadi properti dekorasi di komplek-komplek perumahan warga tionghoa.

Lampion pun bagian penting dari perayaan Imlek. Memiliki makna simbolis. Masyarakat tionghoa meyakini, pelita itu sebagai penerang menuntun harapan untuk masa depan yang cerah.

Saat lampion dinyalakan bersama, juga memiliki makna mencerminkan persatuan dan kebersamaan keluarga.

Cahaya lampion membawa harapan, bahwa dalam kesulitan atau kegelapan, keluarga akan saling mendukung dan memberikan cahaya satu sama lain.

Dalam tradisi Tionghoa, lampion juga digunakan untuk mengusir roh-roh jahat, dan membawa perlindungan bagi keluarga.

Cahaya yang terpancar dari lampion diyakini dapat menghalau energi negatif dan membawa keberuntungan. Lampion juga dinyalakan sebagai penghormatan kepada para leluhur.

Makan Besar Menyatukan Keluarga

Dan, yang paling khas, menyambut malam tahun baru Imlek yaitu tradisi makan besar. Dalam bahasa Tionghoa, disebut chú xī tuán yuán fàn. Secara harfiah, bermakna: makan malam bersatu pada malam tahun baru.

Istilah ini mencerminkan pentingnya berkumpul bersama keluarga pada malam terakhir dalam tahun lama, dan merayakan kedatangan tahun baru dengan menyatukan keluarga untuk makan bersama.

Makan besar malam Imlek juga tradisi penting dalam budaya Tionghoa. Biasanya, keluarga berkumpul untuk menikmati hidangan khas yang disiapkan dengan cermat.

Hidangan tersebut sering kali meliputi makanan yang memiliki makna simbolis, seperti ikan untuk keberuntungan, mie panjang untuk umur panjang, dan banyak lagi.

Ikan utuh sering disajikan untuk mewakili kemakmuran dan keberuntungan. Dalam Bahasa Mandarin ‘ikan’ berarti keberuntungan atau kemakmuran.

Sementara mie panjang melambangkan umur panjang dan harapan untuk masa depan yang baik. Lauk daging ayam juga sering disajikan dengan kulitnya, untuk melambangkan kesatuan dan keluarga yang utuh.

Sedangkan sayuran hijau seperti sawi dan bok choy, melambangkan keberuntungan dan kekayaan.

Selanjutnya, dalam tradisi makan besar, juga disajikan menu bernama tangyuan, yang disajikan dalam bentuk bola-bola.

Makanan ini terbuat dari tepung ketan yang biasanya disajikan dalam kuah manis. Filosofinya, melambangkan kebersamaan dan hubungan yang erat antara anggota keluarga.

Selain hidangan-hidangan tersebut, makan malam Imlek seringkali diperkaya dengan berbagai macam hidangan lainnya sesuai dengan selera dan tradisi keluarga masing-masing.

Puncak perayaan Imlek pun akan ditutup dengan perayaan Cap Go Meh, di hari kelima belas dari tahun baru Imlek.

Perayaan Imlek di Pontianak tahun ini sendiri, sedikit lebih berbeda. Sebab, pemerintah Kota Pontianak meniadakan event pawai naga dan barongsai seperti tahun-tahun lalu. Kebijakan ini untuk menjaga situasi ketertiban jelang pesta demokrasi Pemilu 14 Februari 2024.***

Leave a comment