Ska dan Reggae Bersaudara, Ini Sejarah 3 Kali Reinkarnasi Ska dari Jamaika ke Amerika

7 November 2022 13:59 WIB
Ilustrasi

Insidepontianak.com - Mungkin hanya sedikit orang yang menyadari bahwa ritme musik ska dan reggae Jamaika memiliki beat yang beririsan.

Coba pasang kuping baik-baik. Hentakan drum kedua aliran musik yang mengakar pada budaya pantai Jamaika-Karibia ini begitu mirip.

Hanya saja ketukan drum reggea Jamaika bisa dibilang "versi malas" dari gebukan perkusi musik ska yang lebih ngebut.

Hal itu diakui Bunny Livingstone, pemain perkusi sekaligus backing vocal The Wailer, band yang melambungkan nama "Nabi Reggea" dunia Bob Marley.

Dalam film biografi Bob Marley berjudul "Marley" yang dirilis tahun 2012, Bunny menyebut hentakan beat reggea dan ska berasal dari akar yang sama.

Ketukan nada kemiskinan warga negara-negara pesisir di Amerika Utara yang kenyang dijajah perusahaan perkebunan Inggris.

Ska bisa dibilang jembatan antara musik Jamaika tahun 1960-an, musik dansa Inggris tahun 1970-an, dan musik punk Amerika tahun 1990-an.

Musik ska modern adalah perpaduan antara ritme Jamaika-Karibia dan energi punk rock yang dibumbui semburan-semburan horn section (saxaphone, terompet, dan trombone).

Sebut saja Sublime yang meski kocokan gitar atau pukulan drum-nya "berbau alkohol" punk rock, namun tiupan terompet-nya menguar "aroma ganja" reggea.

Tiga Generasi Ska

Dikutip dari masterclass.com, situs yang mengupas musik-musik dunia. Secara umum ska yang kita dengar hari ini telah melalui 3 kali reinkarnasi sejak kali pertama diperdengarkan di Jamaika.

Gelombang pertama ska tentu saja terjadi di Jamaika awal 1960-an. Bersamaan dengan deklarasi kemerdekaan Jamaika dari Inggris.

Musisi Jamaika yang dibesarkan aliran musik calypso, mento, dan jazz Amerika serta R&B, bereksperimen dengan pendekatan ritmik baru.

Generasi awal ska yang hingga kini menginspirasi antara lain Toots & the Maytals, Desmond Dekker, Byron Lee & the Dragonaires, dan the Skatalites.

DJ dan produser ska Jamaika termasuk Prince Buster, Duke Reid, dan Clement "Coxsone" Dodd.

Nama yang disebut terakhir juga pemilik perusahaan rekaman Studio One tempat Marley pernah rekaman.

Ska kemudian lahir kembali justru di Inggris, negara kolonial yang ratusan tahun pernah "mengangkangi" Jamaika.

Ini terjadi setelah pada akhir tahun 1960-an ska memudar, digeser oleh popularitas reggae dan rocksteady.

Arus bali ska terjadi di akhir 1970-an hingga awal 1980-an. Ska gelombang kedua dipimpin oleh label rekaman Inggris 2 Tone yang merilis rekaman English Beat, the Specials, dan Bad Manners.

Lirik grup-grup musik ska masa itu kebanyakan memerangi rasisme, mempromosikan integrasi, dan melawan pemerintah konservatif Inggris dibawah Perempuan Tangan Besi: Margaret Thatcher.

Meledak di Amerika

Di saat hampir bersamaan, ska juga meledak di Amerika Serikat. Beberapa band yang menangkap gelombang kedua ska terutama Toasters dan Bim Skala Bim.

Mirip dengan fenomena di Inggris, ska gelombang kedua di Amerika juga menggabungkan musik dan pesan sosial dari Jamaika.

Kelahiran era ketiga ska sebagian besar terjadi di Amerika Serikat pada 1990-an. Mereka mulai menggabungkan unsur ska Jamaika dan Inggris dengan genre pop punk.

Band ska yang dikenal remaja era 1990-an antara lain Mighty Mighty Bosstones, Reel Big Fish, Fishbone, Sublime, Less Than Jake, dan Operation Ivy.

Band ska gelombang ketiga menggunakan gitar yang terdistorsi, melodi anthemic, dan (lagi-lagi) melibatkan alat musik tiup.

Mereka ini sering dikelompokkan dalam genre hybrid ska-punk atau ska-core. Namun cikal bakal ska tidak pernah lari dari ritme musik reggae ala Jamaika.***

Tags :

Leave a comment