Kacang Sihobuk, Kuliner Khas Tapanuli Utara untuk Mengenang Bencana

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
MEDAN, insidepontianak.com - Kuliner tercipta tidak sekadar untuk acara senang-senang, bisa saja untuk mengenang sebuah bencana. Contohnya, Kacang Sihobuk Kuliner khas Tapanuli Utara ini. Ceritanya, kuliner khas Kacang Sihobuk ini berasal dari nama sebuah kampung yang dilanda bencana sehingga porak-poranda. Namanya Desa Sihobuk, Tarutung, Tapanuli Utara. Jadi warga desa tersebut membuat dan memasarkan kuliner tersebut untuk mengenang desa mereka. Dan mereka berhasi, kini Kacang Sihobuk sudah malah sudah jadi oleh-oleh dari Tapanuli Utara. Ya, mengutip infobudaya.net dan inalum.id, Jumat (16/6/2023), sejatinya keberadaan kacang tanah gongseng itu sudah ada akhir 1970-an. Namun, kuliner ini belum begitu masif dan namanya belum Sihobuk. Baru kemudian terjadi musibah banjir dan longsor besar di Desa Sihobuk, tepatnya pada 1982. Pada kejadian itu, seikitnya ada 12 orang wara yang meninggal. Sejak itulah, para perajin yang kala itu berkumpul di Desa Sihobuk mulai menyebar ke desa-desa lainnya hingga di sekitar Kecamatan Taruntung. Nah, untuk mengenang kejadian tersebut, masyarakat kemudian memasak kacang yang kacang tersebut dinamai Kacang Sihobuk. Kacang ini kemudian semakin dikenal karena memang cita rasanya yang khas. Dengan kata lain, Kacang Sihobuk ini memiliki karakter rasa yang kuat, sangat berbeda dengan jenis kacang yang dijual di berbagai swalayan. Rasa khas dan gurih itu tak lepas dari proses pembuatannya. Rasa gurihnya istimewa karena disangrai menggunakan pasir. Terlebih, kacang tanah memang jadi hasil bumi yang banyak ditemui di sana. Kualitas kacang yang bagus ini membuat warga setempat mengolahnya secara serius. Untuk membuat Kacang Sihobuk, kacang tanah yang baru saja dipanen disortir terlebih dahulu. Setelah disortir kemudian dijemur di bawah sinar mentari sampai kering sepenuhnya. Tidak berhenti di situ, kemudian kacang direndam kembali di dalam air selama dua sampai tiga hari agar kacang bersih dari tanah-tanah yang tersisa. Setelah direndam, kacang disangrai dengan pasir dalam belanga menggunakan api kayu bakar hingga matang. Kacang disangrai selama dua sampai tiga jam dengan api yang terus menyala. Apabila menyangrai secara manual, kacang harus terus disangrai agar tidak gosong. Setelah itu, kacang didinginkan dan dipilah kembali untuk kemudian dikemas dan dipasarkan. Proses ini masih menyertakan kulit kacang hingga kacang dikemas. Mengaduk pasir dengan kacang pun kabarnya butuh tenaga ekstra agar menghasilkan kacang sempurna. Kacang Sihobuk terasa gurih khas dengan ukurannya yang besar. Tekstur kacang juga terbilang empuk sehingga enak buat camilan. Apalagi, jika di kulit kacang masih tersisa sedikit pasir. Ini juga jadi ciri khas Kacang Sihobuk yang dijual dalam kemasan kecil dan besar. Kini usaha Kacang Sihobuk ini sudah menjadi usaha turun-temurun. Pasarnya pun sudah tidak di kawasan Tarutung saja, sekadar bagi mereka yang melintas kota itu menuju Danau Toba atau sebaliknya. Kacang Sihobuk kini sudah gampang ditemui di Medan dan kota-kota lain Sumatra Utara. Bahkan, kuliner khas Tapanuli Utara ini sudah menembus batas provinsi, pulau, hingga negara. Dan, itu sudah terjadi sebelum pasar online marak. Demikianlah informasi soal Kacang Sihobuk, kuliner khas Tapanuli Utara yang tercipta sebagai pengingat bencana. Semoga bermanfaat. (Adelina), ***

Leave a comment