Angklung: Musik Rakyat Jelata Sampai Kerajaan Thailland Dibuatnya Kepincut

16 November 2022 14:45 WIB
Ilustrasi

Insidepontianak.com – "Klung... Klung... Klung... " Kurang lebih begitulah bunyi alat musik yang terbuat dari bambu itu.

Meskipun terbuat dari bahan-bahan yang mudah ditemukan, instrumen Angklung bisa dikatakan memiliki keunikan tersendiri, bahkan kerajaan Thailand menyukainyanya di abad ke-16 M.

Bila Angklung dimainkan seorang diri pasti nadanya tidak seindah dimainkan berjama'ah, namun jika sekumpulan orang memainkannya secara bersamaan baru melodi syahdunya menggema ke hati pendengar.

Baca Juga: Angklung, Lagu Metallica Hingga Times Square New York: Cari Tahu Yuk Cara Buat dan Tips Merawatnya

Hal itulah kenapa kerajaan Thailand mulai jatuh hati untuk mendengarnya.

Hubungan bilateral diantara kedua pemerintahan kerajaan Thailand (Siam) dan pemerintahan Nusantara telah terjadi kurang lebih 500 tahun sebelum abad ke-16 M, baik masalah ekonomi atau tradisi.

Namun pada masa pemerintahan seorang Raja yang bernama HM. King Baron Kote (1733-1758) pertunjukan Angklung, mendapatkan perhatian tersendiri baginya.

Bahkan dia sering menontong pertunjukan alat musik bambu ini di istananya.

Melansir dari Poonpit Ahmatyakul, dalam 'Century of the Angklung Journey and Its Establishment in Thailand', King Barong amat menyukai sebuah kesenian yang dibawakan oleh pemuda asal Jawa yang diiringi dengan instrumen Angklung, Kesenian itu dikenal dengan nama 'Panji'.

Dalam pementasan Panji, beberapa penari akan berjoget menghibur penonton seraya diiringi angklung.

Salah satu dari mereka akan membacakan sya'ir yang dikenal dengan Siamese, teks yang dibacakan oleh sang penggugah puisi tradisional ini bahkan ditulis langsung di bawah perintah sang Raja.

Ketika Raja yang baru naik takhta, teater Panji yang disukai oleh kalangan kerajaan mengalami perubahan dalam bentuk komposisi teater dan bentuk syai'rnya.

Hal ini terjadi ketika pemerintahan Thailand di bawah kekuasaan HM. King Rama I (1782-1809).

Perubahan teks sya'ir tersebut merupakan upaya Raja Rama I untuk mengadopsi cerita rakyat yang datangnya khas dari Thailand. Sayangnya, ketika niat baik Raja sudah terealisasi dampak syair yang telah dirubah tidak terkenal lagi.

Baru kemudian setelah tongkat pemerintahan beralih kepada HM. King Rama II (1810-1825) kesenian Panji dirubah kembali, bahkan beberapa unsur keorisinalannya di tampakkan kembali dalam teater tersebut.

Di bawah kekuasaannya, nama baru 'New Ino' disematkan sehingga kesenian Panji terkenal kembali. Bahkan dalam kurun waktu 100 tahun semenjak menadapatkan gubahan baru masyarakat Thailand masih menyukainya.

Panji dan angklung terus disukai di kalangan kerajaan Thailand, bahkan pangeran HRH Somdet Krom-pra-ya Bhanu-Rangsri-Sawangwong rela berlabuh di pulau Jawa pada tahun 1908 hanya untuk memburu dan mempelajari kesenian Indonesia ini.

Pada tahun itu, HR Somdet mengunjungi beberapa kota seperti Bandung, Yogyakarta, dan semarang.

Tidak hanya sendirian dia juga membawa Jangwang Sorn Silapa-bunleng, seorang musisis muda yang sangat menyukai angklung. Pada waktu itu usia Jangwang Sorn masih baru 27 tahun.

Sepulangnya dari kunjungan tersebut Jangwang Sorn kemudian meemboyong 10 set angklung ke kerajaan Siam, dia mengenalkan unsur baru berupa alunan musik Sunda ke Thailand.

Sebenarnya kejadian tersebut dilatar belakangi oleh puteri raja yakni HRH. Princess Hemavadi (1892-1971).

Dia sangat senang sekali mendengarkan musik Angklung, akan tetapi di kalangan keturunan raja sendiri tidak ada yang bisa memainkan alat musik bambu ini.

Baca Juga: Begini Sejarah Alat Musik Angklung Hingga Jadi Google Doodle: Undang Dewi Sri Sebagai Dewi Padi

Selain sedikit yang bisa memainkan Angklung, di lingkungan istana juga tidak ada yang bisa mengajarkan instrumen tersebut. Sehingga HRH Somdet dan dan Jangwang Sorn berinisiatif mengunjungi asal mula kesenian ini muncul, serta membawa oleh-oleh 10 set angklung untuk dihadiahkan ke puteri raja.

Sampai sekarang intsrumen yang beralas dari Indonesia ini masih diablut dengan pertunjukan Panji, bedanya kalau sekarang teater tersebut tidak hanya bisa didengar di lingkungan istana saja. Kini Panji sudah menjadi hiburan rakyat jelata Thailand yang bisa dinikmati dengan mudah.

Itulah sejarah kenapa di Negara Thailand terdapat kesenian pagelaran yang diiringi oleh angklung, bahkan sampai sekarang kita bisa menemukan istrumen yang terbuat dari bambu tersebut masih aktif dimainkan.

Angklung sendiri sudah diresmikan oleh UNESCO sebagai warisan takbends yang berasal dari Indonesia pada16 November 2010. Pada tanggal tersebut pula Hari Angklung Sedunia diperingati dan dirayakan. ***

 

Tags :

Leave a comment