Berikut 4 Fakta Tentang Vape, Apakah Lebih Berbahaya dari Rokok?

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

TEGAL, Insidepontianak.com – Beberapa tahun belakangan ini, rokok elektrik (e-cigarettes) atau yang umum dikenal dengan nama vape sangat popular di berbagai kalangan. Bagi anak muda, penggunaan rokok elektrik ini bahkan sering dinilai ‘kekinian’ dan ‘gaul’.

Tak sedikit orang yang juga mengklaim bahwa penggunaan vape lebih aman dari rokok konvensional. Padahal, dua jenis rokok tersebut sama-sama masih mengandung zat adiktif yang memiliki dampak negatif bagi tubuh. Lantas apakah vape justru lebih berbahaya daripada rokok? Berikut penjelasannya.

  1. Vape bukan alternatif untuk berhenti merokok

Meski pada awal kemunculannya dianggap sebagai alat untuk terapi berhenti merokok, hingga kini belum ada penelitian yang berhasil membuktikan klaim tersebut. The Food and Drug Administration (FDA) mengaku belum menemukan rokok elektrik yang aman dan efektif untuk menghentikan kebiasaan merokok.

  1. Vape mengandung zat adiktif

Sama seperti rokok konvensional, vape jelas mengandung nikotin. Pada rokok elektrik, kadar kandungan nikotin biasanya ada dalam kisaran 0-36 mg nikotin/ ml cairan atau dapat lebih tinggi. Suatu penelitian bahkan mengungkapkan bahwa vape yang diklaim bebas nikotin ternyata masih mengandung zat tersebut.

Adapun dampak zat adiktif ini antara lain dapat mempercepat denyut jantung dan meningkatkan tekanan darah. Sehingga jika dikonsumsi secara terus menurus, maka akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan.

  1. Memiliki dampak buruk bagi jantung dan paru-paru

American Lung Association menyimpulkan bahwa vape mengeluarkan zat yang berpotensi beracun. Sebuah studi dari University of North Carolina juga mengungkapkan bahwa dua bahan utama pada rokok elektrik, yaitu propilen glikol dan gliserin nabati bersifat racun bagi sel. Semakin banyak kadar bahan itu dalam cairan vape, maka semakin besar pula tingkat toksisitasnya.

Bahan kimia lain yang dihasilkan oleh rokok elektrik yaitu asetaldehida, akrolein, dan formaldehida. Ketiga zat tersebut dikenal dapat mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.

Tak sampai di situ, kandungan akrolein, herbisida yang juga terdapat pada vape bisa menyebabkan asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), hingga kanker paru-paru.

  1. Asap vape dapat membahayakan orang di sekitarnya

Jangan terkecoh dengan harumnya, asap vape ternyata mengandung partikel berbahaya seperti partikel nikotin ultra halus, senyawa polutan organik, dan hidrokarbon yang bersifat karsinogenik. Zat-zat ini bisa saja terbawa bersama asap dan akan menumpuk di paru-paru jika terus-menerus terhirup.

Kelompok yang rentan dengan asap vape di antaranya adalah anak-anak, wanita hamil, dan orang yang mengidap penyakit paru-paru. Bagi wanita hamil, asap vape sangat berisiko membahayakan kandungan. Dampak yang mungkin terjadi yaitu persalinan prematur, rendahnya berat badan bayi saat lahir, hingga sindrom kematian bayi mendadak.

Sementara bagi pengidap penyakit paru-paru, aerosol vape yang mengandung bahan kimia perasa seperti diacetyl dapat merusak silia pada saluran pernapasan. Hal ini dapat memperparah penyakit paru-paru yang dideritanya.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa vape sama bahayanya dengan rokok konvensional. Tak hanya merugikan diri sendiri, penggunaan vape juga dapat menimbulkan dampak buruk bagi orang lain. (Rizka) ***

Sumber:

https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/5-truths-you-need-to-know-about-vaping#:~:text=1%3A%20Vaping%20is%20less%20harmful,many%20of%20which%20are%20toxic.
https://www.lung.org/quit-smoking/e-cigarettes-vaping/lung-health#:~:text=The%20inhalation%20of%20harmful%20chemicals,effective%20in%20helping%20smokers%20quit.

https://hellosehat.com/hidup-sehat/berhenti-merokok/bahaya-menghirup-asap-vape/
[13.25, 28/12/2023] CC Rizka A: ilustrasi vape (freepik.com/master1305)
[14.19, 28/12/2023] Cc Adel: Malam Tahun Baru, Ini Tujuh Pilihan Outfit Hits ala Korea

MEDAN, Insidepontianak.com - Malam Tahun Baru adalah momen

Leave a comment