Angeline Fremalco: Penjaga Misi Pembangunan Hulu Kalbar

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

Lelaki renta itu tiba-tiba tumbang. Ia terkena serangan jantung, usai mondar-mandir antar minuman untuk massa. Padahal, acara kampanye baru saja dimulai. Buyar. Angeline Fremalco segera menghentikan orasi politiknya. Ia bertanggungjawab. Warga itu segera dibawa ke Puskesmas. Namun, nyawanya tak selamat. Ajal menjempunnya di jalan.

Peristiwa kampanye di Kabupaten Landak itu, menjadi catatan pilu sepanjang kampanye Angeline, dalam perjuangan Pileg 2019. Sampai sekarang, ibu tiga anak itu masih tak bisa melupakan insiden tersebut. Matanya berkaca-kaca, saat bercerita, akhir Juli lalu.

“Kampanye yang paling membuat saya syok,” katanya.

Peristiwa itu, praktis jadi pintu masuk lawan politik menjegal. Omongan miring muncul. Menyudutkan. Bahkan, isu itu terus digiring agar Angeline disalahkan. Namun, perempuan kelahiran Mandor, 17 September 1983, tak hirau cibiran orang.

Sebagaimana orang-orang, dia pun tak ingin peristiwa itu terjadi. Yang penting baginya ketika itu, tetap bertanggung jawab. Semua diurus hingga pemakaman.

Kejadian itu membawa pesan khusus bagi Angeline. Mengajarkan nilai-nilai perjuangan. Semangatnya semakin terpacu, memenangkan Pileg lima tahunan itu.

“Saya melihat, orang yang setua itu, serenta itu, dan sudah sakit, tapi masih semangat untuk hadir di kampanye saya. Saya lihat antusias itu, kepada saya. Dan, harapan mereka kepada saya besar. Ini yang memacu saya,” katanya.

Gerakan di akar rumput makin gencar. Kurang lebih 250 lokasi didatangi. Jumlah itu dua kali lebih banyak, dari jumlah desa di seluruh Kabupaten Landak. Yang berjumlah 156 desa.

“Berarti, satu desa lebih dari satu kali saya datang berkampanye. Berarti per dusun juga,” sebutnya.

Kerja keras politisi PDI Perjuangan tersebut membuahkan hasil. Bahkan, sangat memuaskan. Angeline meraup 76.497 suara. Tertinggi di DPRD Kalbar.

Namanya pun sempat diprediksi masuk bursa Ketua DPRD Provinsi Kalbar periode 2019-2024, utusan PDI Perjuangan. Namun, prediksi itu ternyata meleset. Angeline duduk di DPRD Kalbar, sebagai Ketua Komisi I.

Berkat Bimbingan Ayah

Bagi Angeline, karier politiknya kini berkat bimbingan sang ayah, Cornelis, mantan Gubernur Kalbar dua periode. Cornelis juga mantan Ketua DPD PDI Perjuangan Kalbar.

Ia merasa beruntung, jadi anak tokoh politisi ulung. Tak masalah cibiran orang yang mengaitkan, keterpilihannya dengan nama besar sang ayah.

Prasangka seperti itu tak bisa dilarang. Sebab, setiap orang punya sudut pandang dan cara berpikir masing-masing.

Angeline Fremalco terjun ke politik atas dukungan sang ayah mantan Gubernur Kalbar, Cornelis/ist
Angeline Fremalco terjun ke politik atas dukungan sang ayah mantan Gubernur Kalbar, Cornelis/ist

“Itu bagaimana menyikapi saja. Kita mau lihat sisi negatifnya atau sisi positifnya?” katanya.

Ia ambil sisi positifnya saja. Angeline beruntung menjadi anak Cornelis. Tokoh politisi ulung. Ia anggap itu suatu berkah. Bukan sebuah beban.

Namun, ia menggarisbawahi. Apa yang diraihnya, bukan semata mendompleng nama besar sang ayah. Tapi, ada proses perjuangan besar dan panjang yang dijalani. Jauh sebelum Pileg dan tak semua orang tahu.

“Walaupun latar belakang saya pengusaha, tapi saya sudah lama di partai politik,” ujarnya.

Sebelum calon dewan pun, ia sudah sering turun kampanye. Jadi tim sukses. Bikin acara bakti sosial, masuk ke berbagai kampung. Turun lapangan. Jadi, politik bukan suatu hal yang baru baginya.

Angel terjun ke politik praktis, atas panggilan jiwa. Tidak ada arahan dari sang ayah. Apalagi didikte untuk kepentingan ‘politik dinasti’. Ia memastikan, hal itu tak pernah terjadi.

“Jadi, kalau orang beranggapan bahwa, Bapak mendikte dan menggembleng anaknya secara khusus di politik, itu salah besar,” katanya.

Ia menegaskan, tidak ingin meneruskan dinasti politik Cornelis. Namun, tujuan khusus yang memaksanya di parlemen Kalbar, saat sang ayah tak berkuasa lagi.

Perjuangan membangun kampung halaman, menjadi misi Angeline duduk di DPRD Provinsi Kalbar. Ia tak ingin Landak dianaktirikan. Bukan tanpa alasan. Sewaktu transisi gubernur baru Sutarmidji, dari gubernur lama Cornelis, terbukti sejumlah anggaran pembangunan yang dicanangkan di Kabupaten Landak, mulai dicoret. Semua tender dibatalkan, setelah Sutarmidji resmi dilantik sebagai gubernur terpilih.

Angeline menganggap, hal itu buntut konstelasi politik saat Pilgub 2018. Di mana sang kakak, Karoline Margret Natasa yang berpasangan dengan Suryatman Gidot, jadi rival utama Sutarmidji-Ria Norsan.

“Kekhawatiran saya adalah, jika kami kalah dalam konstelasi politik ini, maka perjuangan akan terhambat. Kami merasa, daerah perhuluan Kalbar masih perlu banyak sentuhan. Yang mana dalam 10 tahun bapak jadi gubernur, belum terselesaikan,” katanya.

Semangat itu yang mendorong Angeline masuk parlemen. Ia ingin jadi penjaga yang konsisten dalam mengawasi pemerintah, agar ada pemerataan pembangunan, tanpa tebang pilih.

“Saya putuskan ikut dalam perjuangan. Walaupun mungkin, tidak semaksimal jika menjadi kepala daerah. Tapi, saya pikir dengan menjadi DPRD, saya bisa menyuarakan daerah saya. Kampung halaman saya,” ucapnya.

Besar dengan Nomaden

Angeline Fremalco sempat tumbuh di pedalaman Landak. Keluarga harus ikut sang bapak, bertugas sebagai camat. Pindah-pindah wilayah sesuai penugasan kepala daerah.

"Dulu bapak itu camat di Menjalin. Pernah juga camat di Menyuke," katanya.

Politisi 40 tahun itu pun, menamatkan sekolah dasar di SDN 01 Menjalin. Sebelumnya, juga sempat bersekolah di SDN 01 Mempawah. Saat itu, ayahnya bertugas di Kantor Bupati Kabupaten Pontianak, sekarang berganti nama Kabupaten Mepawah.

Angeline Fremalco saat bekerja bersama mitra kerja DPRD Provinsi Kalbar/ist
Angeline Fremalco terjun ke politik atas dukungan sang ayah mantan Gubernur Kalbar, Cornelis/ist

Cornelis selektif memilih sekolah untuk anak. Saat SMP, Angeline didaftarkan ke SMP Gembala Baik Pontianak. Ikut kakaknya yang duluan masuk.

"Mungkin beliau paham, bagaimana fasilitas sekolah di kampung. Jadi, waktu SMP, kami sekolah di Pontianak. Walau bapak waktu itu tugas di daerah," kata dia.

Demi bisa sekolah di tempat yang baik, ia dan Karol harus pisah dengan orang tua. Mereka pun dititipkan ke tantenya sampai tamat SMA.
Daftar kuliah, Angel pilih masuk Universitas Tanjungpura. Ambil Fakultas Hukum. Beda dengan sang kakak, yang lebih memilih kuliah di Fakultas Kedokteran.

"Bapak boleh pilih jurusan apa saja dan di universitas mana saja. Saya ambil Fakultas Hukum Untan saja," ucapnya.

Alasannya sederhana. Ia berpandangan, lulusan Fakultas Hukum punya ruang lingkup kerja lebih luas. Benar saja. Saat lulus, Angel malah pilih berbisnis. Jadi pengusaha dan terjun ke politik aktif.

Ia tidak memilih jadi advokat atau pengacara. Apalagi bekerja sebagai PNS, ia sama sekali tak pernah tertarik. Padahal, bapaknya birokrat. Pernah jadi Bupati Landak, sebelum jabat Gubernur Kalbar.

"Menjadi pengusaha bagi saya, punya ruang yang fleksibel. Karena kita yang atur waktu sendiri," katanya.

Salah satu usaha yang digelutinya adalah ritel Pertamina. Sampai jadi dewan pun, ia masih menekuni usahanya. Sebab, gaji dewan pasti tak cukup untuk biayai semua kebutuhan keluarga dan konstituennya.

Namun, bukan berarti jadi dewan hanya kerja sampingan. Angeline punya prinsip, apa pun yang digeluti, totalitas adalah kunci. Sesuai pesan sang ayah. Termasuk akan sunguh-sungguh di dunia politik aktif yang kini dijalani.

"Saya sudah memutuskan di politik, saya tidak mau setengah-setengah,” katanya.

Bapaknya, selalu mendidik anak pegang prinsip. Kalau sudah memutuskan sesuatu, tidak boleh digoyang dengan apa pun. Tidak mau terombang ambing. Jadi, hidup ini harus punya prinsip, katanya.

Apalagi sebagai politisi. Dinamika pekerjaannya sangat dinamis. Penuh tekanan. Penuh retorika. Jika tak punya prinsip yang jadi keyakinan, mudah terbawa arus kepentingan.

“Saya merasakan di sini (DPRD). Sebagai politisi, harus punya prinsip yang kuat. Prinsip itu penting sekali dalam menentukan tindakan kita,” ujarnya.

Restu Suami Nomor Satu

Menjadi politisi perempuan tak mudah. Banyak tantangan. Terutama atur waktu untuk keluarga. Apalagi bagi Angeline yang punya tiga anak. Anak harus dapat perhatian. Sedangkan pekerjaan kedewanan super sibuk.

“Tidak gampang bagi waktu, antara kerja politik dan keluarga,” katanya.

Hal itu makin terasa ketika pandemi Covid-19. Anak tertua kelas VII SMP. Anak kedua, kelas V SD. Paling kecil kelas satu SD. Belajar daring sedikit ribet. Orang tua juga harus rutin komunikasi dengan guru.

Angeline Fremalco bersama suami tercinta Bupati Kapuas Hulu, Fransiskus Diaan/ist
Angeline Fremalco bersama suami tercinta Bupati Kapuas Hulu, Fransiskus Diaan/ist

“Saya akui agak keteteran sekarang. Pernah pada saat rapat dengan guru, saya lupa buka WhatsApp Grup. Tahu-tahu anak saya ketinggalan satu Zoom kelas,” kata dia.

Angeline menegaskan, perempuan yang terjun di dunia politik, harus dapat restu suami. Itu penting sekali. Tanpa restu suami, kerja-kerja politik yang waktunya tak menentu, bakal sulit dijalani.

“Dan, bagaimana pun, kodrat kita sebagai wanita, suami sebagai kepala keluarga. Kalau kamu jalan tanpa restu suami, juga pasti sulit. Ridho dari suami itu peting,” ujarnya.

Lalu, siapa yang dikagumi?

Sebagai politisi perempuan, Angeline kagum dengan kiprah politik Megawati Soekarnoputri. Ketua Umum PDI Perjuangan itu, menjadi inspirasi terjun ke dunia politik. Presiden Indonesia kelima itu, sosok politisi perempuan berkarakter dan berprinsip.

“Role model saya Ibu Megawati. Karena beliau perempuan yang sukses di bidangnya. Beliau seorang fighter. Tapi, role model politik pribadi saya, ya, bapak saya. Beliaulah yang menjadi tolak ukur dan acuan saya dalam bertindak,” katanya.

Tipe Apa Adanya

Angeline Fremalco politisi berkarakter apa adanya. Ramah. Suka baca. Tapi bukan bacaan berat atau yang terlalu serius. Ia suka baca komik. Waktu zaman SMA, juga suka baca novel. Penulis kesukaannya, Jhon Grisham.

“Itu bacaan zaman kuliah. Novel Jhon Grisham itu seru. Karena banyak cerita kasus hukum juga. Ceritanya seperti sangat dekat dengan kehidupan kita. Menarik dan seru,” sebutnya.

Dalam bekerja, ia tipikal orang yang sungguh-sungguh. Tak kenal istilah ‘setengah-setengah’. Dunia usaha membentuk karakternya jadi pribadi profesional dan disiplin. Di dunia politik, ia juga kritis terhadap hal-hal yang mengganggu logikanya.

Dalam karier politik, Angeline masih punya target besar lain yang akan diperjuangkan. Baginya, capaian yang didapat hari ini baru sekadar permulaan. Prestasi politik di keluarganya, menjadi motivasi agar terus berusaha lebih baik.

Angeline Fremalco bersama keluarga/ist
Angeline Fremalco bersama keluarga/ist

“Saya ini, hidup di lingkungan keluarga politik yang hebat,” ujarnya.
Ayahnya, Cornelis, Bupati Landak dua periode. Gubernur Kalbar dua periode. Saat ini, DPR-RI.

Kakaknya, Karolin, pernah menjadi anggota DPR RI. Sekarang menjadi Bupati Landak.

“Kayaknya, di keluarga, jabatan saya yang paling rendah. Karena itu, saya masih punya target ke depan,” sebutnya.

Politik sudah jadi jalan hidup seluruh keluarganya. Ia tumbuh dengan melihat kampanye Cornelis. Tak heran semua melekat di kepala. Baginya, politik adalah wadah tepat untuk mengabdikan diri.

Berbuat sesuatu yang besar untuk kepentingan rakyat. Stigma politik itu kotor buatnya, tidak berlaku umum. Semua kembali ke pribadi masing-masing.

“Tinggal kita saja bagaimana memilihnya. Politik itu tidak kotor. Justru di sinilah inti dari kita bermasyarakat. Bagaimana kita bisa membantu banyak orang, melalui kebijakan-kebijakan,” jelasnya.

Angeline Fremalco memastikan konsisten dengan prinsipnya, bekerja semaksimal mungkin di parlemen. Ia berjanji, akan selalu menjadi wakil rakyat yang berpihak kepada rakyat. Terus mengkritik kebijakan tak pro rakyat.

Angeline ingin bersikap total di politik. Terutama, menjaga misi pembangunan di hulu Kalbar. Kalimat itu menggambarkan karakternya. Juga, keseluruhan aktivitas dalam bertindak. (Abdul Halikurrahman). ***

Leave a comment