Wujudkan Pemilu 2024 Kondusif, Densus 88 Tangkap 40 Tersangka Teroris

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

PROBOLINGGO, insidepontianak.com - Mengawal kelancaran Pemilu 2024 mendatang, Densus 88 menangkap 40 tersangka teroris selama bulan Oktober 2023. Hal ini merupakan wujud pengamanan ketat.

Dalam konferensi pers yang berlangsung di Mabes Polri, Jakarta, Densus 88 klaim penangkapan 40 tersangka teroris, yang ada kaitannya dengan pengamanan menjelang Pemilu 2024 di Indonesia.

Penangkapan 40 tersangka teroris berhasil diungkap oleh Densus 88 dari sejumlah kawasan Indonesia. Kelompok teror ini memiliki rencana mengacaukan proses Pemilu 2024 yang akan digelar di Tanah Air.

Penangkapan para tersangka aksi teror selama bulan Oktober 2023 ini tersebar di tiga titik. Diantaranya adalah jaringan yang berpusat di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan terakhir jaringan yang berada di Sulawesi.

Melalui Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror, Polri telah mendapat segenap rencana aksi yang hendak dilakukan. Tujuan utamanya yakni membuat onar saat Pemilu, sehingga proses pemilihan secara demokrasi dapat digagalkan.

Penangkapan puluhan para tersangka teroris ini diumumkan langsung oleh juru bicara Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Aswin Siregar.

"Terdiri atas 23 orang ditangkap di wilayah Jawa Barat, kemudian 11 di wilayah DKI Jakarta, dan 6 di Sulawesi Tengah," kata Aswin di acara konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Pusat, Selasa (31/10).

Aswin juga juga menyebut, bahwa mereka ini tergabung dalam kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD), yang diketuai oleh AU telah berbaiat kepada ISIS.

Melalui pemeriksaan mendalam, polisi sudah mendapati informasi gerakan serangan mereka. Salah satu yang hendak diwujudkan adalah menggagalkan pemilihan umum yang sebentar lagi akan dilaksanakan.

Dalam pandangan mereka, sistem Negara yang berjalan melalui roda demokrasi dianggap melanggar dogma mereka. Oleh sebab itu, para terorisme berencana melakukan pengacauan.

Lebih mendalamnya, karena tidak sesuai dengan paham kekhilafahan, demokrasi telah membuka jalan maksiat bagi penduduk Indonesia. Melalui motif ini, mereka berupaya melakukan aksi teror nanti.

"Bagi mereka, pemilu adalah rangkaian demokrasi, di mana demokrasi itu adalah maksiat, demokrasi ini adalah sesuatu yang melanggar hukum bagi mereka," ujar Aswin.

Kata Aswin, masyarakat tidak perlu lagi merasa cemas. Pasukan terlatih yang berada di Densus 88 sudah mengawasi keadaan sekitar, sehingga serangan terorisme dipastikan tidak bisa terwujud.

Mereka melakukan strategi pencegahan, atau biasa dikenal dengan preventif, dan preemtif. Dengan begitu, Polri telah berkomitmen mengawal Pemilu 2024 agar bisa berjalan lancar tanpa hambatan.

"Densus bisa memastikan bahwa tidak ada perubahan eskalasi ancaman yang harus kita khawatirkan. Tindakan-tindakan yang dilakukan adalah tindakan preemtif dan preventif," ucapnya.

Hal itu merupakan mengeksekusi perintah dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, yang mana dalam kesempatannya meminta Polisi harus mengawal Pemilu dengan kondusif dan aman.

"Terorisme juga harus menjadi perhatian serius. Pada penyelenggaraan Pemilu 2019 terdapat enam aksi serangan teror dan ini tidak boleh terjadi di Pemilu 2024," kata Sigit, pada Selasa (17/10) lalu. (Dzikrullah) ***

Leave a comment