Bubur Samin Khas Banjar yang Malah Terkenal di Solo: Muncul saat Ramadhan

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, Insidepontianak.com - Bubur samin bisa dikatakan sebagai makanan khas Suku Banjar yang lumayan unik. Selain muncul ketika Ramadhan, kuliner ini malah sangat dikenal di Solo, Jawa Tengah.

Ceritanya, bubur samin ini dibawa oleh perantau asal daerah Martapura, Kalimantan Selatan, ke Solo. Seiring waktu, bubur khas Banjar ini pun menjadi sangat populer.

Yang jelas, kuliner khas Banjar ini semacam menu wajib untuk berbuka puasa. Ya, ketika Ramadhan tiba, maka warga Solo tak segan untuk mengantre mendapatkan bubur samin.

Melansir surakarta.go.id, Jumat (20/10/2023), salah satu kuliner yang ditunggu masyarakat Solo atau Surakarta saat Ramadhan adalah bubur samin. Dan, hanya bisa ditemukan di Masjid Darussalam, Jayengan, Serengan.

Bubur dengan cita rasa gurih yang terbuat dari beras, daging sapi, susu, rempah, dan santan ini menjadi makin istimewa karena diolah dengan resep khusus yaitu minyak samin dengan ciri khas warna kekuningan.

Dibagikan secara gratis oleh takmir Masjid Darussalam, pembuatan bubur ini dimulai sejak pagi dengan meracik bumbu-bumbu yang digunakan dan mulai diolah oleh juru masak andalan masjid sekitar pukul 11.30 WIB hingga 15.00 WIB.

Biasanya dalam sehari, bubur ini membutuhkan sekitar 45-50 kg beras untuk 1.000 porsi. Karena kelezatan yang ditawarkan dan nuansa khas yang disajikan, bubur ini banyak diburu oleh masyarakat.

Tak hanya dari Kota Solo saja, warga Soloraya seperti Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali, hingga Klaten juga banyak yang berbondong-bondong pergi ke Kota Solo untuk menemukan bubur ini sebagai menu takjil.

Biasanya setiap menjelang asar sekitar pukul 16.00 WIB hingga adzan maghrib berkumandang, warga mulai berdatangan membawa tempat makan sendiri dan mulai memenuhi area masjid untuk antre.

Bubur ini merupakan kuliner yang berasal dari Suku Banjar. Merupakan makanan biasa yang mudah ditemukan dan tidak harus menunggu saat Ramadan tiba.

Hal ini karena di Banjarmasin, setiap harinya pasti ada penjual yang menjajakkan bubur ini sehingga bubur samin juga dikenal dengan bubur Banjar.

Namun berbeda ketika di Kota Solo, bubur ini tidak akan semudah itu ditemukan karena ada sejarah di balik kehadirannya di kota yang secara administrasi disebut Surakarta ini.

Ceritanya, sekira 1907 banyak saudagar dan perajin batu mulia serta pendatang dari Martapura yang merantau ke Kota Solo. Mereka kemudian mendirikan langgar atau musala di Jayengan dengan dinding yang terbuat dari anyaman bambu.

Di situlah perantau Martapura ini kemudian terus berkembang. Hingga akhirnya pada 1930-an, langgar atau musala yang sekian lama telah berdiri dibangun kembali menjadi sebuah masjid dengan dinding tembok.

Masjid ini kemudian dikenal dengan nama Masjid Darussalam seperti saat ini. Sejak dulu, masjid ini juga digunakan sebagai tempat pertemuan para saudagar di Kota Solo.

Nah, ketika mereka berkumpul dan bersilaturahmi, terutama saat Bulan Ramadan, bubur samin ini selalu dihidangkan sebagai takjil untuk kudapan berbuka puasa.

Berawal dari sebuah kebiasaan, takjil bubur samin ini kemudian berubah menjadi tradisi yang terus dilestarikan sejak sekitar tahun 1960-an hingga sekarang.

Dari tradisi yang dibawa oleh perantau akhirnya tradisi ini juga menjadi bagian dari daya tarik dan kuliner khas Ramadan di Kota Solo khususnya saat bulan puasa.

Demikian tentang bubur samin, bubur khas Banjar yang sangat terkenal di Solo terutama saat Ramadhan. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment