Mie Bancir, Kuliner Nikmat Khas Banjar yang Namanya Diambil dari Kata Bencong alias Waria?

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, Insidepontianak.com - Nama kuliner khas biasanya diambil dari kata atau istilah daerah tertentu. Namun tidak degan me bancir, kuliner khas Banjar ini malah berasal dari sebutan bencong atau waria (wanita pria).

Hal ini karena karakter mie bancir bisa dikatakan 'mirip' dengan bencong yakni setengah-tengah. Maksudnya, sebagai mie, kuliner khas Banjar ini tidak berkuah atau basah pun tidak juga kering.

Ya persis bencong yang tidak wanita atau pria, jadi mie bancir bisa dikatakan seperti itu. Jadi penyajiannya yang nampak nanggung inilah kenapa disebut banci.

Yang jelas, kuliner khas Banjar ini berasa lezat dan sangan nikmat saat disantap. Dan, konon sudah didagangkan sejak 1960-an di kota-kota di Kalmantan Selatan.

Mie bancir adalah kuliner khas Banjar sejak lama, biasanya dijual di tepi jalan dengan warung tenda atau gerobak.

Melansir hobikuhobimu.com dan travelingyuk.com, Jumat (13/10/2023) mie bancir khas Banjar ini adalah mie nyemek versi masyarakat Kalimantan Selatan.

Jika disebut berkuah tapi tidak terlalu berkuah dan jika disebut mie kering bukan termasuk mie kering karena tidak terlalu kering layaknya mie goreng.

Jadi kesannya nanggung atau setengah-setengah, sehingga dengan penampakan seperti itu masyarakat sering menyebutnya dengan sebutan mie banjir. Walau namanya nyeleneh mie ini tetap menjadi favorit masyarakat.

Perbedaannya dengan mie nyemek biasa, ada di bumbunya yang memakai bumbu soto Banjar dan saus tomat serta memakai kuah kaldu ayam kampung dan juga saat akan dimakan diberi perasan jeruk nipis.

Citarasa yang diciptakan terasa sangat gurih dan rempahnya juga sangat terasa. Dan, olahan mie bancir berbahan dasar mie kuning.

Untuk penyajiannya, mie bancir yang orisinil biasanya (hanya) di beri topping suwiran daging ayam kampung, irisan telur itik, taburan bawang goreng, irisan daun sop/seledri, dan irisan jeruk nipis.

Mie bancir orisinil yang banyak di jual di warung, kedai atau restoran, umumnya tidak memberikan tambahan sayuran hijau dalam masakan seperti layaknya masakan mie di daerah lain.

Kalaupun ada sayuran pada mie bancir, biasanya berupa kol yang dirajang. Itupun juga tidak terlalu dominan, bahkan bisa dibilang sedikit sekali.

Ini tak lain karena karakter geografis Kalimantan Selatan yang secara umum lebih di dominasi oleh lahan basah berupa rawa-rawa. Sehingga relatif sulit untuk berkebun sayur-sayuran hijau.

Situasi ini mengakibatkan masyarakat Banjar relatif lebih familiar dengan lauk jenis ikan-ikanan air tawar dibandingkan dengan sayur-sayuran.

Sedangkan sayur-sayuran yang dijual di pasar, biasanya dipasok dari Pulau Jawa, jadi selain tergantung musim dan cuaca, harganya relatif lebih mahal.

Yang jelas, cita rasa yang diciptakan sangatlah gurih sehingga membuat konsumen ketagihan. Apalagi saat menunggu hidangan ini matang di rumah makan, aromanya keciuman sampai ke tempat duduk.

Demikian tentang mie bancir, kuliner khas Banjar yang namanya diambil dari kata bencong alias waria (wanita pria). Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment