Berikut Tanggapan Imam Ghazali Terkait Permasalahan Niat Puasa Ramadhan Kitab Ihya Ulumiddin

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
PROBOLINGGO, insidepontianak.com – Mendekati bulan Ramadhan seorang muslim wajib mengetahui perihal tata cara niat puasa dan beberapa syarat tertentu. Acapkali terdengar beberapa permasalahan ditengah masyarakat mengenai masalah niat puasa pada bulan Ramadhan, seperti apakah wajib dibaca secara lisan atau hanya bermaksud dalam hati? Selain itu, juga terdapat perbedaan pendapat mengenai apakah niat puasa boleh dilakukan sekali saja untuk satu bulan Ramadhan penuh? Terdapat pula pertanyaan dari seorang muslim mengenai pada waktu apa niat puasa Ramadhan harus dilaksanakan, serta kapan berakhirnya batas niat tersebut? Dari beberapa pertanyaan di atas, seorang pemikir Islam dan ahli fiqih terkemuka, Imam Ghazali, pernah mengemukakan beberapa pertanyaan tersebut. Pada kesempatan kali ini, tim Insidepontianak akan membahasnya melalui karya magnum opus Imam Ghazali di dalam kitabnya yang bernama Ihyâ 'Ulūmi ad-Dīn. 1.Tempat Niat Mungkin sering dijumpai bahwa anggapan niat berpuasa Ramadhan wajib diucapkan secara lantang saja, tanpa perlu ungkapan di dalam hati. Biasanya hal itu akan dilaksanakan secara serentak usai melaksanakan shalat tarawih dan witir yang dipimpin oleh Imam. Tapi jangan salah sangka sobat Insidepontianak, senyatanya niat Puasa tidak harus dibaca lantang melainkan diwajibkan berupa ungkapan dari hati terdalam. Berikut pendapat Imam Ghazali: إذا غلب على ظنه دخول رمضان باجتهاده فشكه لا يمنعه من النية و مهما كان شاكّا ليلة الشّكِّ لم ينفعه جزْمه النيةَ با للسان فإن النية محلها القلب Artinya: "Apabila prasangkanya (menduga) akan masuknya bulan Ramadhan dengan ijtihad yang kemudian ragu, padahal tidak membuatnya untuk mengurungkan niat (berpuasa), barangkali keraguan itu terjadi di waktu malam Syak (hari penentuan Ramadhan), maka kepastian niatnya secara lisan tidak ada gunanya. Sebab, tempat niat itu di dalam hati,". Dikutip oleh tim Insidepontianak dari Ihyâ 'Ulūmi ad-Dīn, Rabu (22/3).
  1. Niat Puasa Wajib Setiap Malam. 
Dalam pandangan Imam Syafi'i, salah satunya juga Imam Ghazali, bahwa niat berpuasa Ramadhan haruslah dilakukan setiap malam. Mungkin di tengah masyarakat terdengar bahwa diperbolehkan untuk niat sekali saja untuk sebulan, sayangnya pendapat ini datang dari Madzhab Imam Maliki. Namun, sahabat insidepontianak tidak perlu saling menyalahkan di antara pengikut Madzhab. Bila ingin mengikuti pendapat Imam Ghazali yang berhaluan Syafi'iyah, berikut pendapatnya: و لا بد لكل ليلة من النية مبيتة معينة جازمة فلو نوى أن يصوم شهر رمضان دفعة واحدة لم يكفّه و هو الّذي عنينا بقولنا كل ليلة Artinya: "Wajib di setiap malam (untuk) berniat di malam hari yang ditujukan (berpuasa wajib). Seandainya seseorang berniat sekali saja yang ditujukan untuk berpuasa sebulan penuh Ramadhan, maka tidak cukup (sah). Oleh karenanya kami menekankan dalam bentuk kata  'setiap malam',".
  1. Akhir Waktu Niat Puasa
Telah diketahui pada permasalahan sebelumnya, bahwa niat puasa Ramadhan wajib dilakukan setiap malam. Lantas apakah boleh berniat ketika waktu Subuh datang? Imam Ghazali menjelaskan bahwa niat puasa wajib dan Ramadhan tidak sah dilakukan ketika fajar telah terbit. Fajar yang dimaksud yakni dikenal dengan istilah fiqih 'Fajar Shodiq' yang bertepatan dengan waktu subuh, atau adzan berkumandang. Berikut pendapat Imam Ghazali: و لو نوى بالنهار لم يجزه صوم رمضان و لا صوم الفرض إلا التطوع وهو الذي عنينا بقولنا ميتة Artinya: "Kalau seandainya (seseorang) berniat di waktu siang (masuknya waktu Subuh), maka puasa Ramadhan dan puasa wajibnya tidak sah kecuali tentang puasa sunnah. Oleh sebabnya, itulah yang dikehendaki oleh kami dalam kata 'Mabītah' (malam hari),". Itulah tiga masalah niat puasa Ramadhan yang sering kali menimbulkan pertanyaan, semoga jawaban Imam Ghazali di dalam kitab Ihya Ulumiddin bisa memuaskan kebingungan pertanyaan pembaca! (Dzikrullah)   Sumber: Kitab klasik Ihyâ 'Ulūmi ad-Dīn, Juz 1.  

Leave a comment