Mengenal Intan Kota Martapura, Kemilau dari Bumi Kalimantan

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, Insidepontianak.com - Martapura adalah kota kecil di bumi Kalimantan, tepatnya di Kabupaten Banjar. Namun, daerah ini begitu terkenal di Indonesia sebagai penghasil intan berkualitas tinggi

Itulah sebab, bagian dari Provinsi Kalimantan Selatan ini identik dengan perhiasan tersebut. Bahkan, Martapura kemudian dikenal sebagai Kota Intan.

Ya, tentu ini bukan julukan yang diberikan secara mendadak. Kota Martapura memang telah menghasilkan intan indah dan berkualitas dari bumi Kalimantan sejak lama.

Melansir indonesiakaya.com, Jumat (24/11/2023), di Martapura terdapat pasar tradisional yang sejak dulu menjual batu permata selain komoditas lain, yakni Pasar Martapura atau dikenal sebagai “Pasar Batuah”.

Pada 1970-an los pasar intan dibangun di tengah-tengah Pasar Martapura untuk menampung para penjual dan perajin batu permata.

Lalu, pada pertengahan 1990-an, dibangun pula kompleks pertokoan Cahaya Bumi Selamat (CBS) untuk melengkapi los-los permata sebelumnya di Pasar Martapura.

Intan memang primadona Martapura, umumnya Kalimantan Selatan. Usaha pertambangan intan di Kalimantan Selatan telah dikenal sejak abad ke-16. Diperkirakan sejak 1604 di Kalimantan Selatan telah terjadi perdagangan intan.

Di masa Kerajaan Banjar itu, pertambangan intan merupakan hak raja. Raja bisa memberikan sebagian tanah kerajaan sebagai apanase kepada keluarga raja.

Dari tambang intan, pemilik apanase bukan hanya memperoleh pajak tapi juga hak monopoli pembelian intan. Ya, Martapura menjadi saksi kejayaan Kerajaan Banjar.

Jejak kilau intan Martapura bisa dilihat dari toponim (asal-usul nama tempat) Pasayangan yang kini sebuah kelurahan di Kecamatan Martapura.

Nama “pasayangan” memberi gambaran dulunya merupakan tempat para pembuat perhiasan emas dan permata (barang-barang yang disayang oleh kerajaan).

Selain itu, di Pasayangan masih terdapat rumah batu milik para saudagar kaya yang memiliki bisnis batu permata. Rumah itu dibangun tahun 1911 dan saat ini menjadi objek wisata.

Namun, penguasaan pertambangan intan oleh raja dihapuskan oleh Belanda. Sebagai gantinya, selain eksploitasi oleh swasta, pertambangan rakyat pun tumbuh dan terus bertahan hingga kini. Mereka menambang dengan cara mendulang.

Pada 1965, Matsam cs mamicik (menemukan intan) seberat 166,7 karat (33 gram) yang dikenal dengan Intan Trisakti; intan terbesar pertama yang ditemukan di Kalimantan.

Meski jarang, penemuan intan dalam ukuran besar kerap terjadi. Hal itu menambah semangat para penambang rakyat.

Sebagian besar hasil penambangan itu terpajang dalam bentuk batu maupun perhiasan di Pasar Intan Martapura, yang mengintegrasikan dengan Pusat Pertokoan Sekumpul, Kawasan Wisata Kuliner, dan Pasar CBS.

Namun, yang ramai dikunjungi wisatawan untuk berburu batu permata adalah Pasar CBS. Pasar CBS dibangun di lokasi alun-alun kota, yang telah lama menjadi ruang publik bagi masyarakat Martapura.

Meski begitu, Pasar CBS tak semewah mall. Bahkan biasa-biasa saja. Problem pasar pada umumnya masih kerap terjadi seperti becek kala hujan, tumpukan sampah, hingga keruwetan pedagang kaki lima.

Pasar CBS terdiri dari dua lantai. Lantai pertama berisi toko yang menjajakan batu permata dan cenderamata, sedangkan lantai dua berisi kios tempat workshop pembuatan perhiasan.

Anda bisa mendapatkan pernak-pernik seperti gelang, kalung, cincin, atau bros yang terbuat dari aneka batu mulia. Harganya bervariasi, tergantung keunikan atau kelangkaan jenis batu.

Yang jelas, hingga kini, kemilau intan Martapura masih tetap menggoda. Jika Anda juga tertarik, datanglah ke kawasan Pasar Intan Martapura di Jalan Ahmad Yani, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Demikian informasi tentang intan di Kota Martapura, Banjar, Kalimantan Selatan. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment