Mengenal Sejarah Kue Bingke: Katanya Dibuat Pertama Kali Oleh Putri Kerajaan? Yuk Cek Faktanya Di Sini

15 Maret 2024 09:41 WIB
Ilustrasi kue bingke

PONTIANAK, insidepontianak.com - Siapa yang tidak tahu kue bingke orang Kota Pontianak menyebutnya dan kue bingka menurut orang Banjarmasin. Memiliki hampir kesamaan mengingat asal kue tersebut dari rumpun yang sama, yaitu Melayu. 

Dalam sejarahnya, kue bingke atau bingka punya cerita masa lampau yang belum banyak diketahui. Namun, bisa dipastikan bahwa resep kue ini bersumber dari leluhur atau nenek moyang bangsa Melayu yang hidup di nusantara. 

Di berbagai ulasan sejarah, ternyata kue bingke punya historis yang bisa membuat kamu tercengang. Katanya, hidangan kue bingke ini hanya dimakan raja-raja. Ternyata juga resep pertama kali bersumber dari seotrang putri kerajaan. 

Warisan Putri Junjung Buih

Mengutip dari senjumlah sumber, seperti Sayiful Anwar dalam bukunya di tahun 2020, dalam sejarahnya, resep kue bingke didapatkan dari Putri Junjung Buih yang merupakan seorang putri dari Kerajaan Daha, nenek moyang raja Kerajaan Banjar, yaitu Sultan Suriansyah.

Pada saat itu, Putri Junjung Buih membuat kue bingke untuk disajikan kepada para bangsawan yang dapat disantap oleh kaum ningrat saja. 

Rijsttafel dalam Bahasan Belanda

Ternyata kue bingke bisa disebut juga rijsttafel. dalam bahasa Belanda. Menurut Fadly Rahman (2016:4), rijsttafel adalah soal cara pandang dan kemasan hidangan pribumi yang membuatnya menjadi populer. 

Istilah rijsttafel mewarnai berbagai media, mulai dari buku masak, majalah rumah tangga, laporan perjalanan, hingga panduan wisata. Kesan istimewa terhadap hidangan pribumi yang dipadu dengan hidangan asing (Eropa, Arab, Cina) tampak ditampilkan dalam media-media itu. 

Suci Sandi Wachyuni menambahkan bahwa “mayoritas asal-usul makanan yang muncul berkaitan dengan kejadian di suatu saerah pada masa lampau”. 

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sejarah suatu daerah membentuk budaya makan dan mempengaruhi karakteristik makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat. 

Warisan Tradisional

Dalam berbagai catatan penelitian, kue bingke khas Pontianak ini ternyata adalah warisan turun temurun. Dengan keanekaragaman 

budaya, adat istiadat dan makanan tradisional ada sejarah dibalik satu kue ini. 

Khususnya di Kota Pontianak, makanan tradisional sudah menjadi warisan turun-temurun leluhur dari zaman nenek moyang, seperti kue 

bingke, bingke merupakan makanan tradisional yang menyerupai kue lumpur dengan bahan baku tepung terigu, gula, susu, santan, telur dan garam. 

Kue bingke ini sudah ada sejak 30 tahun yang lalu di Pontianak. Kue bingke ini mulai di kenal masyarakat Pontianak pada saat bulan suci Ramadhan. 

Berkembang di Era 90an

Awal tahun 1900-an, kue bingke mulai banyak diminati oleh masyarakat Pontianak. Perkembangan bingke pada saat diproduksi berbagai varian. Seperti bingke Al-fajar dengan varian susu, bingke putri sari dengan varian berendam. Walaupun ada beberapa varian yang sama tapi setiap tokoh memiliki ciri khas tersendiri.

Dulunya, kue ini merupakan penganan khas Ramadan di daerah Pontianak, namun kini kue bingke dapat mudah ditemui di hari biasanya, tanpa menunggu bulan puasa. 

Kue bingke ini memiliki rasa yang manis dan lembut dan sangat cocok untuk di santap pada saat berbuka puasa. Tidak ada sumber atau literature yang bisa 

menjelaskan sejarah asal mula kue bingke di Kalimantan Barat umumnya.

Bingke Berendam Khas Pontianak

Kue bingke khas Pontianak merupakan makanan manis khas Pontianak yang memiliki bentuk seperti kelopak bunga kembang sepatu. Kue ini memiliki dua varian yaitu bingke biasa dan bingke berendam. 

Bedanya soal varian rasa dan cara masaknya. Bingke biasa dimasak dengan cara dipanggang sedangkan bingke berendam dimasak dengan 

cara di kukus. Rasanya manis dan gurih. Apalagi jika ditambah berbagai topping lain.

Kue bingke khas Pontianak cukup populer di kalangan wisatawan karena banyak dicari untuk oleh-oleh. Tak heran jika kue bingke khas Pontianak jadi salah satu ikon Kota Khatulistiwa ini. (REDAKSI)

Leave a comment