Plh Sekda Apresiasi Delegasi Federasi Manufaktur Malaysia

9 Maret 2024 14:31 WIB
Ilustrasi

PONTIANAK, insidepontianak.com - Pertumbuhan ekonomi Kalbar yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi disebabkan adanya larangan ekspor bahan mentah pertambangan (bauksit dan nikel). 

“Saat ini smelter ini sedang dibangun dan jika sudah beroperasi akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Kalbar,” ungkapnya 

Plh Sekda Provinsi Kalimantan Barat, Alfian Salam saat memberikan Perayaan pada acara kunjungan misi Dagang Delegasi Federation Of Malaysian Manufacturing (FMM) di Kantor Gubernur Kalbar, Jumat (8/3/2024).

Alfian mengapresiasi kedatangan Federation Of Malaysian Manufacturing (FMM) yang berkunjung ke Prov Kalbar.

"Kami sangat berbangga hati menerima kedatangan sebuah organisasi ekonomi utama Malaysia yang konsisten memelopori modernisasi dan menaungi perusahaan manufaktur dan jasa industri Negara Malaysia. Selamat datang di Bumi Khatulistiwa," ucapnya.

Ia menerangkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kalbar Tahun 2023 sebesar 4,46 % (C to C) dibawah angka pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,05% (C to C) dengan kontribusi pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV 2023 berdasarkan PDRB Lapangan Usaha di Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, Pengadaan Listrik dan Gas serta Jasa Lainnya dan pertumbuhan terendah berada di Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan serta Industri Pengolahan.

Pertumbuhan ekonomi triwulan IV Tahun 2023 ini masih lebih rendah 0,61 poin dibandingkan periode yang sama di Tahun 2022 sebesar 5,07%. Dari sisi penerimaan, kontribusi lapangan usaha pada pertumbuhan ekonomi masih mencakup lapangan usaha pertanian, industri, perdagangan dan konstruksi sedangkan dari sisi pengeluaran yang didorong oleh konsumsi rumah tangga, PMTB dan ekspor,” ujarnya.

Saat ini secara global, hampir setiap negara dilanda perlambatan perekonomian, bencana alam/cuaca ekstrem, kekurangan pasokan energi dan penurunan, bahkan sejak tahun 2010 sudah dimulainya gejala Deindustrialisasi dan De-Investasi, walaupun Kalbar belum merasakan puncak kejayaan industrialisasi/manufaktur tersebut. 

“Pelabuhan Internasional Kijing saat ini telah beroperasi dan pertumbuhan transaksi terus menunjukkan tren positif menyesuaikan permintaan pasar, walaupun operasionalnya belum optimal karena belum menjadi terminal petikemas dan masih diperlukan dukungan tambahan untuk meningkatkan kinerja Pelabuhan tersebut. Namun Pelabuhan Kijing membuka peluang bagi Kalbar untuk mengambil bagian dalam rute perdagangan/ekspor impor Asia,” ungkapnya. 

Ia menyampaikan bahwa Pemkab Mempawah telah mengalokasikan lahan dengan harapan Kijing dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ekonomi di Kalbar dan menjadi peluang investasi.

“Bahkan Pemerintah Kabupaten Mempawah (yang menjadi lokasi Pelabuhan Kijing) juga telah mengalokasikan lahan untuk mendukung pembangunan Kijing tersebut dengan harapan Kijing dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan sentra-sentra ekonomi di Kalbar dan menjadi peluang investasi,” imbuhnya.

Melimpahnya sumber daya alam Kalimantan Barat memberi keuntungan sekaligus tantangan bagi pertumbuhan sektor manufaktur yang stagnan selama lebih dari 12 tahun terakhir. 

Dalam berbagai diskusi tentang manufaktur, pada kenyataannya tidak semua produk turunan sumber daya alam utama Kalbar, pabriknya berada di Kalbar/diproduksi di Kalbar.

“Isu ini seringkali sudah Kami sampaikan pada pertemuan-pertemuan resmi di tingkat Nasional, yakni kebutuhan akan dukungan penuh dari Pemerintah Pusat”, tutupnya. ***

Leave a comment