Wapres Bangga Unisma Pelopor Toleransi dan Moderasi Beragama

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MALANG, insidepontianak.com - Wakil Presiden Prof KH Ma’ruf Amin mengisi acara kuliah umum di Universitas Islam Malang (Unisma), Jumat (19/1/2024).

Acara tersebut turut dihadiri Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, Pengawas, Dewan Pembina dan Pengurus Yayasan Unisma, Rektor, Para Wakil Rektor, Dekan dan civitas akademika Unisma.

Kuliah Umum yang disampaikan Wakil Presiden bertema: Quo Vadis Moderasi Beragama dalam Bingkai Merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Peradaban Dunia.

Ma’ruf Amin menyampaikan bahwa tema tersebut sangat relevan dengan peran Unisma sebagai kampus pelopor toleransi dan moderasi beragama.

“Karena itu, kami menyampaikan perasaan bangga kepada Unisma yang dipercaya Kementerian Agama sebagai kampus proyek percontohan dalam moderasi beragama,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyampaikan pesan agar seluruh komponen bangsa merawat toleransi, kerukunan, persatuan, dan harmoni sosial sebagai ciri Indonesia di dunia internasional.

“Pengalaman Indonesia dalam melaksanakan moderasi beragama telah menjadi referensi dunia dalam mengelola perbedaan dan keragaman di tingkat global,” ucapnya.

Menurut Wapres, perbedaan merupakan keniscayaan. Para pendiri bangsa Indonesia, telah berhasil merekatkan kemajemukan ini dengan UUD 1945 dan Pancasila. Kebhinekaan tidak semestinya menjadi perpecahan. Tetapi menjadi modal untuk maju.

“Syaratnya, harus cinta Tanah Air . Kecintaan ini harus dirawat dan dikelola sehingga menjadi kekuatan untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata dia.

Ia pun menekankan akan urgensi moderasi beragama. Konsep ini hendaknya menjadi dasar dalam pembinaan mental maupun karakter keagamaan. Sehingga tidak terjebak pada paham-paham sekuler, liberal maupun radikal.

Pada dasarnya, kata Ma’ruf Amin, moderasi beragama menjadi simbol keseimbangan antara kehidupan beragama dan bernegara. Sehingga tercipta toleransi kerukunan di seluruh aspek kehidupan.

“Moderasi beragama adalah perisai untuk menolak pendekatan sekuler. Yang memisahkan agama dengan negara,” terangnya.

Dia menambahkan, moderasi beragama juga menciptakan harmonisasi tanpa mendiskriminasi atau mengabaikan salah satu agama. Konsep moderasi beragama sejalan dengan konsep Islam wasathiyah. Yang mengajarkan untuk menghindari ekstremitas dan mengajarkan konsep hidup yang seimbang.

Menurutnya, NU telah memposisikan cara berpikirnya sebagai organisasi moderat. Cara berpikir NU tawasuth. Artinya tengah-tengah. Moderat. Tidak liberal, tidak radikal atau tekstual.

“Dengan konsep itu, maka Unisma akan melahirkan orang-orang yang al mutafaqqih fiddin. Yang menguasai masalah keagamaan” ungkapnya.

“Karena keadaan kita dinamis terus. Banyak masalah yang tidak terjadi di masa lalu, tapi terjadi di masa kini. Semoga Unisma mampu menciptakan lulusan terbaik. Calon pemimpin Bumi Pertiwi,” tambahnya.

Rektor Unisma, Prof Maskuri, mengatakan kunjungan Wakil Presiden ke Unisma sudah kedua kalinya. Karena itu, kata dia, kunjungan tersebut menjadi sebuah kehormatan besar bagi civitas Unisma. 

Maka dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan laporan terkait beberapa kemajuan yang telah dicapai Unisma hingga menjadi perguruan tinggi papan atas di Indonesia.

Prof Maskuri mengungkapkan, di Bulan Maret 2020 lalu, Wakil Presiden RI K.H. Ma’ruf Amin menyebut Unisma sebagai kampus pelopor anti radikalisme dan intoleransi. Dan itu benar-benar dibuktikan oleh kampus kebanggaan Nahdlatul Ulama (NU) ini.

“Mahasiswa kami berasal dari 38 provinsi dan 41 negara. Mereka telah menjadi duta-duta moderasi beragama. Karena pendidikan dan pembelajaran kami berhaluan ahlussunnah wal jamaah. Dan itu menjadi distingsi di kampus kami,” terangnya.

Prof Maskuri juga menegaskan, bahwa Unisma mendukung penuh program pemerintah dalam pembangunan nasional.***

Leave a comment