Masjid Bambu Kiram, Destinasi Wisata Religi yang Sarat Filosofi: Berkonsep Balanting Bambu

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, Insidepontianak.com - Masjid Bambu Kiram di Kalimantan Selatan tidak sekadar unik. Destinasi wisata relegi ini juga sarat filosofi, setiap sisinya mengandung makna tersendiri, termasuk kenapa memakai konsep 'Balanting Bambu'.

Artinya sebagai destinasi wisata religi, Masjid Bambu Kiram memadukan ragam unsur dalam bentuk visualnya. Pun tidak sekadar indah, fungsinya sebagai tempat ibadah juga tetap terjaga.

Sebagai informasi, destinasi wisata religi ini sejatinya bernama Masjid KH Abdul Qadir Hasan. Namun, lebih dikenal sebagai Masjid Bambu Kiram karena lokasinya berada di daerah bernama Desa Kiram.

Melansir masjidbambukiram.com, Minggu (1/10/2023), konsep ide pembuatan masjid yang diinisiatori oleh Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor ini terinspirasi dari sebuah masjid tertua di Kalimantan Selatan.

Masjid tua yang dimaksud adalah masjid yang menjadi simbol peradaban pertama masuknya agama Islam di Kalimantan Selatan yaitu Masjid Sultan Suriansyah Banjarmasin.

Bangunan masjid ini menonjolkan pengulangan bentuk atap dengan bentuk dasar segitiga dan bentuk pohon hayat atau pohon kehidupan. Kian eksotik dengan interior dari potongan-potongan maupun susunan bambu.

Tidak hanya itu, masjid bambu pertama di Kalimantan tersebut dipadukan dengan konsep 'Balanting Bambu'. Yaitu, alat penuntun dan penolong seseorang dalam melalui sungai berliku, berjeram, dan deras.

Soal balanting bambu atau lanting bambu ini sudah demikian populer, yakni andalan wisata Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kalimantan Selatan dalam menyusuri Sungai Amandit.

Lanting bambu selalu mengapung dan kokoh diterpa batu sungai dan derasnya air. Karena itu, nakhoda yang mencari jalan terbaik agar menjaga lanting bambu tetap stabil melalui jalan yang berliku, deras, dan jeramnya kehidupan.

Oleh karena itulah filosofi lanting bambu dipadukan dengan masjid, menjadi sebuah perpaduan unik dan kreatif. Lanting sebagai dasar bangunan yang mampu mengantarkan manusia dan masjid sebagai tempat beribadah.

Artinya, nakhoda yang mampu membawa dan menuntun manusia ke jalan terbaik dan membawa keseimbangan lanting agar tidak tenggelam dalam kehidupan di dunia.

Keunikan lainnya yaitu penggunaan lima tiang penyangga di lantai atas. Hal ini bermakna sebagai gambaran dan simbol rukun Islam dan jumlah waktu salat.

Masjid Bambu Kiram ini menawarkan suasana tropis dan alami ini dibangun dua lantai. Peruntukan lantai pertama sebagai tempat wudhu dan toilet serta tempat bersantai.

Pada lantai dua masjid digunakan sebagai tempat salat atau peribadatan yang dapat menampung 250 orang jamaah. Secara administrasi berada di Desa Kiram, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Masjid ini dibangun di atas tanah hibah dari masyarakat. Luas tanahnya sekira 9.447 meter persegi. Sementara penamaan masjid yaitu KH Abdul Qadir Hasan diambil dari nama tokoh ulama Martapura.

Sang tokoh merupakan putra kelahiran Tunggul Hirang. Beliau adalah murid KH Asy’ari dan penyebar NU di Provinsi Kalimantan Selatan.

Demikian soal Masjid Bambu Kiram, destinasi wisata andalan yang berada di Kabupaten Banjar Kelimantan Selatan. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Tags :

Leave a comment