Hintalu Karuang, Bubur Khas Suku Banjar di Antara Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, insidepontianak.com - Kuliner terkadang tersekat pada batas daerah dan terlibat pada masalah klaim. Contohnya hintalu karuang, bubur ala Suku Banjar, dikenal sebagai kuliner khas Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

Klaim ini sejatinya bukan masalah dan tidak harus diributkan karena hintalu karuang memang bubur khas Suku Banjar. Yakni, masyarakat yang mendiami Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

Pun, ketika masyarakat Suku Banjar ada di provinsi lain, selain Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, atau negara lain bukankah bubur hintalu karuang tetap menjadi kuliner khas mereka?

Apalagi, kekhasan hintalu karuang ini tidak sekadar bentuk atau rasa buburnya saja. Nama kuliner ini sangat identik dengan Suku Banjar bukan?

Melansir budaya-indonesia.org dan gramedia.com, Kamis (21/9/2023) hintalu karuang memang berasal dari bahasa Banjar. Artinya memang hadir dan tercipta di masyarakat Suku Banjar.

Jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti telur kelelawar. Ya, "Hintalu" dalam bahasa Indonesia berarti telur, sementara "Karuang" adalah kelelawar.

Namun, bubur khas Suku Banjar ini tidak berhubungan dengan kelelawar. Artinya, bubur tidak dibuat dari daging kelelawar. Jadi, penamaan ini semacam perumpamaan saja karena bentuk bubur mirip telur kelelawar.

Sejatinya hintalu karuang mempunyai penampakan yang sangat mirip dengan kuliner biji salak. Bentuknya yang bulat-bulat kecil dimasak dengan kuah dari gula merah.

Selain dari gula merah, biasanya camilan ini juga ditambahkan dengan santan sehingga rasanya merupakan perpaduan manis dan gurih.

Di Jawa, ada juga bubur sejenis ini tapi bulatan isinya sedikit lebih besar dan biasa disebut sebagai jenang grendul atau ada juga yang menyebut sebagai bubur candil.

Hanya saja, kuah manis gurih campuran dari santan dan gula merah pada bubur Hintalu Karuang langsung dicampur dengan isiannya sedang pada bubur candil biasanya disiramkan ketika mau dihidangkan atau disantap.

Yang jelas, bubur hintalu karuang banyak ditemukan saat bulan Ramadan, dijual sebagai menu takjil saat berbuka selain kolak pisang. Makin lama bola-bola tepungnya terendam kuah, makin nikmat rasanya.

Masalahnya, kelelewar tidak bertelur karena berkembang biak dengan melahirkan, itulah sebab ada yang mengatakan "Karuang" bukanlah kelelawar melainkan burung di Pulau Kalimantan yang jelas-jelas bertelur.

Terlepas dari itu, cemilan manis khas Suku Banjar ini memang sangat populer di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan hingga disebut sebagai makanan khas daerah tersebut.

Klaim tersebut tentu tidak salah, pasalnya masyarakat Suku Banjar memang hidup nyaman di dua provinsi tersebut.

Di Kalimantan Tengah, Banjar menjadi suku besar selain Dayak dan Jawa. Lalu di Kalimantan Selatan, Suku Banjar malah mendominasi.

Demikian soal hintalu karuang, bubur ala Suku Banjar yang menjadi kuliner khas Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Semoga bermafaat. (Adelina). ***


Penulis : admin
Editor :

Leave a comment