Sukiryanto: Anak dari Ujung Kampung Ketapang Pejuang Rakyat Kalbar

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
Bisnis properti investasi bangun ruko kerjasama dengan orang Singapura dan Thailand itu, membuat Sukiryanto rugi miliaran rupiah. Dia ditipu oleh dua orang mafia jaringan internasional. Saat ke Thailand tinjau kerjasama sektor perkebunan, Sukiryanto justru disekap di sebuah hotel di Kota Bangkok. Ia nyaris dibunuh. Dua mafia itu memaksa Sukiryanto tandatangani perjanjian tak jelas. Untuk mengubah perjanjian kerjasama sebelumnya. Sukiryanto kekeh menolak. Ia minta uang yang diinvestasikannya senilai Rp3 miliar dikembalikan. Namun, negosiasinya berbuntut penyiksaan. Tangannya diikat. Seluruh dokumen kerjasama disita. Setelah itu, dia pun ditinggal di hotel. Sukiryanto nekat kabur. Lompat dari jendela. Lalu, bergegas ke bandara dan pulang ke Indonesia. “Saya hampir dibunuh,” kata Sukiryanto. Dia merasa, sedari awal sudah jadi target penipuan. Aksi mafia itu sangat lihai. Semula mereka beli ruko dua pintu. Bayar pakai dollar. Mereka mengaku punya perusahaan properti besar di Singapura, dan perusahaan perkebunan luas di Thailand. Mafia itu tawarkan kerjasama bangun ruko kantor, sekaligus kerjasama pengadaan bibit tanaman untuk perkebunan mereka. Sukiryanto tertarik. Kedua Mafia itu dia jamu. Diajak makan ke rumah pribadi. Singkat cerita, kerjasama bangun ruko dan pengadaan bibit disepakati. Sukiryanto investasi Rp3 miliar. Setelah semua urusan administrasi kerjasama beres, dia diajak ke Thailand. Untuk lihat perusahaan perkebunan. Namun malang, Sukiryanto justru ditodong untuk mengubah semua perjanjian kerjasama. “Rupanya, perusahaan di Singapura fiktif. Di Thailand perkebunan juga fiktif. Ketika mau datangkan bibit, tak ada kebunnya,” ucapnya. Peristiwa tragis itu lekat di kepala Sukiryanto. Sampai sekarang, ia trauma. Bisnis mafia yang biasa ditonton di televisi, rupanya nyata. Dia sendiri mengalami. Sangat menakutkan. Bagaimana tidak? Selain rugi miliaran rupiah, nyawanya juga hampir lenyap di Negara Seribu Pagoda. Kejadian itu sempat dilaporkan ke teman polisi di Mabes Polri. Berharap uang Rp3 miliar kembali. Dan, dua mafia itu dibui. Namun, sampai sekarang, jejak mafia itu tak ada kabar sama sekali. Sukiryanto memahami pasti tak mudah melacak jejak dua mafia itu. Sebab, saat dia disekap, seluruh barang bukti kerja sama sudah dihilangkan. Mafia tersebut jaringan internasional. Sangat licin. Sulit ditangkap. “Jaringannya kuat sekali. Saya sudah ditarget. Itulah pengalaman kelam saya,” tuturnya. Di balik pengalaman itu, Sukiryanto belajar banyak. Sejak itu, dia selektif menerima tawaran kerjasama bisnis. Apalagi dengan orang luar negeri. Di sisi lain, baginya, sesuatu pekerjaan yang tidak dipahami, sebaiknya tidak dikerjakan. [caption id="attachment_31156" align="alignnone" width="750"]BERKUNJUNG - Sukiryanto, Ketua Komite IV DPD RI berkunjung ke kediaman Menkopolhukam Mahfud MD, 24 November 2020. (Instagram Sukiryanto) BERKUNJUNG - Sukiryanto, Ketua Komite IV DPD RI berkunjung ke kediaman Menkopolhukam Mahfud MD, 24 November 2020. (Instagram Sukiryanto)[/caption] Dari Kampung Terpencil Sukiryanto lahir di sebuah kampung terpencil di Kabupaten Ketapang. Orang tuanya petani. Tidak sekolah. Tidak kenal baca tulis. Namun, kedua orang tua peduli pendidikan. Terutama pendidikan agama. Nilai-nilai kejujuran selalu dijaga Sukiryanto. Sejak kecil, kejujuran diajarkan kedua orang tuanya. Di dalam keluarganya, pendidikan agama jadi utama. Karena itu, pondasi kokoh soal moralitas sudah terbentuk sejak kecil. Sukiryanto memiliki tujuh saudara. Dia anak laki satu-satunya. Orang tuanya menginginkan semua anaknya ahli agama. Jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tak heran dia pilih sekolah PGA ke Pontianak saat SMA. Setelah menamatkan SMP, dia pun lanjut sekolah di Pontianak. Pilih Sekolah Guru Agama (PGA). Di Pontianak, ia tinggal di asrama Ketapang. Sampai kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, yang waktu itu bernama Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN). Selama tempuh pendidikan, Sukiryanto hanya dikirimi beras 15 kilogram, dan ikan kering gembung tiap bulan dari kampung. Sedangkan uang saku, cari sendiri. Dia mengajar privat mata pelajaran tafsir di SD Muhammadiyah. Sedangkan malam hari, mengajar ngaji di komplek pegawai Dinas Pekerjaan Umum (PU). Di hari-hari lain, ia berdagang bawang. Hasilnya, sebagian dipakai untuk hidup. Sebagian lagi diberikan ke orang tua di kampung. “Itu ikatan dinas. Tapi saya waktu itu gak ambil kesempatan jadi guru, karena saya merasa asik bedagang,” ucapnya. Sedot WC hingga Developer Seiring berjalannya waktu, kuliah pun sudah di semester akhir, dia rintis usaha sedot WC. Lengkap legalitasnya. Nama perusahaanya CV Cipta Kharisma Muda. Perusahaan jasa sedot WC pertama di Pontianak. Usaha sedot WC itu tercipta, karena ada banyak pembangunan ruko. Sementara, WC-nya banyak alami penyumbatan. Tak sedikit pemilik ruko mengeluh. Dari situ, muncul ide buka usaha sedot WC. Peralatan mesin penyedot dibeli. Pemasaran jasa dilakukan dengan gencar. Orderan pun datang. Penghasilannya lumayan. Cabang-cabang mulai dibuka. Sampai ke Kota Singkawang. Namun, setelah beberapa lama usaha itu jalan, tiba-tiba diterpa musibah. Mobil pengangkut mesin tabrak bis saat hendak menuju ke Singkawang. Alhasil mesin disita polisi. Dijadikan barang bukti. Sementara bis rusak parah. Harus diganti. “Habis modal kami. Bubarlah kami,” tuturnya. Sukiryanto tak putus asa. Semangat hidupnya tetap membara. Dia terbiasa hidup dengan usaha. Dia mulai berdagang buah lagi. Ambil buah rambutan di Ketapang. Jual di Pontianak. Dari dagang itu, ekonomi mulai bangun. Dia putuskan menikah. Waktu itu, ia belum punya rumah. Terpaksa kontrak. Empat kali pindah. Kebutuhan ekonomi bertambah. Sukiryanto melihat peluang dagang kayu cukup menjanjikan. Dia segera buat perusahaan. Namanya, PT Seruni Abadi Jaya. Nama itu disesuaikan dengan tempat usahanya yang beroperasi di Pasar Seruni, Pontianak Timur. Ia buka toko pada 1994. Jual material bangunan. Dari toko bangunan itu, dia belajar bisnis developer atau pengembang. “Sambil dagang kayu itu, muncul ide membangun perumahan,” kenangnya. [caption id="attachment_31155" align="alignnone" width="750"]PROFIL -  Sukiryanto dengan segala pencapaian hingga saat ini/pribadi PROFIL - Sukiryanto dengan segala pencapaian hingga saat ini/pribadi[/caption] Ia pinjam modal ke bank. Bangun perumahan pertama bernama komplek Permata Seruni 1 di Seruni. Kurang lebih 30 unit, dan satu ruko. Usaha developer terus berkembang. Perumahan Permata Seruni habis terjual dalam waktu singkat. Setelah itu, lokasi bangun perumahan kembali didapat. Letaknya berdampingan dengan perumahan Permata Seruni 1. “Kita bangun seruni 2,” ujarnya. Lahan perumahan yang dibangun tak perlu beli. Dia jalin kerjasama dengan pemilik tanah. Untungnya dibagi. Dari situ, bisnis developer ditekuni. Dia terus bangun perumahan baru. Seperti, perumahan Permata Saigon, Permata Kapuas II, hingga Permata Trans Kalimantan. Usaha propertinya terus maju hingga sekarang. Di pusat Kota Pontianak, Sukiryanto bangun perumahan Al Farid Residence, Villa Sepakat I dan II, Mutiara Residence, Grand Sepakat dan Sepakat Indah di komplek Sepakat II Pontianak Tenggara. Total ada enam perumahaan di Sepakat II. Dari harga tanah Rp125 sampai Rp6 juta per meter dibangun perumahan. Sejak itu, Sepakat II jadi idola hunian baru di tengah Kota Khatulistiwa. “Disitulah kegigihan saya, hingga akhirnya saya diangkat jadi ketua REI Kalbar,” sebutnya. Saat ini dia pun masih aktif di kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Real Estate Nasional sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Properti Komersial dan Hubungan Kelembagaan, bidang Kerjasama Kelembagaan/Instansi/Asosiasi. “Itu segelintir pengalaman di properti,” katanya. Pedagang Ulung Sukiryanto menyebut, kesuksesannya di bidang properti, tak lepas dari bakatnya sebagai pedagang ulung. Berdagang sudah jadi hobinya. Berdagang apa pun sudah pernah dilakukan. Termasuk jual lelong atau pakaian bekas. Bakat dagang itu muncul saat mengenyam pendidikan di Pontianak. Saat itu, orang tua tidak memberikan uang untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, setelah hidup beberapa waktu di Pontianak, dia melihat peluang dagang menjanjikan. Terutama dagang buah. Apalagi waktu itu, buah rambutan melimpah di Ketapang. Seorang pemilik kebun rambutan bernama pak Law di Ketapang, memberi keperacayaan. Buah dikirim dulu. Setelah habis jual, baru dibayar. "Jadi dulu awalnye kirim lima keranjang bise ngirim 50-100 ikat lewat pengiriman. Untungnya lumayan. Bisa untuk hidup dan sebagian bisa beri orang tua,” katanya. Pengalaman hidup itu membentuk mentalnya. Pelan-pelan berbagai usaha dijalani. Untung rugi jadi konsekuensi. Namun, dia meyakini, setiap usaha dan perjuangan akan mengantarkan seseorang ke titik kesuksesan. Kunci berbisnis dan berusaha adalah menjaga nama baik. Agar orang selalu percaya. “Jangan pernah berpikir keilmuan di dunia pendidikan, jadi acuan ke depan untuk hidup,” ujarnya. Setiap orang punya insting keahlian. Ia mencontohkan dirinya, memiliki pendidikan sebagai guru. Tapi, malah jago berdagang. Akhirnya, jadi pedagang. Terpilih DPD RI Waktu kuliah di IAIN Pontianak, dia aktif di organisasi. Ikut berkader di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Pernah menjadi ketua senat mahasiswa. Baginya, organisasi penting untuk membentuk karakter. Di organisasi, orang diajarkan bisa mudah bergaul dan memanajemen diri seindiri. Pengalaman organisasi itu, terbukti bermanfaat. Lebih lagi, saat ini dia berkarier politik. Terpilih menjadi senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI daerah pemilihan Kalbar. Saat Pemilu 2019. “Rata-rata Ketua Komite itu doktor, professor,” ujarnya. Sedangkan dirinya, hanya Sarjana S1 Agama Islam. Selain itu, ia baru pertama kali ikut, langsung menjadi Ketua Komite IV DPD RI. Tapi, karena ia sudah terbiasa dalam organisasi, setelah masuk DPD biasa saja. Tidak kaku. Dua tahun jadi politisi aktif, sangat dinikmati. Meski dunia bisnis dan politik bertolak belakang. Komunikasi bisnis dibangun dengan kepercayaan dan integritas. Sedangkan di politik, cenderung bersikap plin-plan. Namun, Sukiryanto tetap menikmati profesinya saat ini. Dia menekatkan diri, mengabdi kepada masyarakat, daerah dan negara. Sebab itu, selama menjadi senator DPD, gajinya tak pernah diambil. Justru, ia lebih banyak menyumbang pribadi untuk bantuan sosial ke konstituen. Sikap itu, sebagai bentuk pengabdian yang tulus. Dia berharap, apa yang sudah dilakukannya bisa bermanfaat untuk masyarakat, daerah dan negara. Menurutnya, maju sebagai anggota DPD saat pemilu 2019, bukan karena ambisi syahwat politik. Tapi, dia ingin ciptakan kekompakan di Ikatan Keluarga Besar Madura (IKBM) Kalimantan Barat dan warga Kalbar lain yang mengenalnya. Dia ingin, momentum itu jadi pembuktian. Hasilnya tak meleset. Kekompakan itu mampu mendorongnya jadi anggota DPD RI. Orang Madura di Kalbar, terbesar kedua setelah Jawa Timur, dengan perkiraan 463.000 orang. Ia melihat itu. Lalu, berunding dengan pengurus. Ia ingin jadi perintis, membuktikan orang Madura itu kompak. “Saya ikut DPD. Alhamdulilah saya menang,” katanya. Di periode kedua, Sukiryanto urung maju lagi. Bukan karena tidak senang politik. Tapi, dia ingin menciptakan regenerasi. Terutama kader-kader IKBM dan masyarakat Kalbar lainnya yang punya potensi dan kecerdasan. Agar, bisa didorong menggantikannya di kancah politik tingkat nasional. “Saya ingin ada Sukriyanto lain,” ujarnya. Di akhir pengabdiannya nanti, Provinsi Kapuas Raya jadi target. Ia ingin warga yang tinggal di wilayah Kalbar Timur, bisa merasakan pemerataan pembangunan yang cepat. Dia berjanji akan berjuang sekuat tenaga, agar Provinsi Kapuas Raya segera terbentuk. Lalu, apa yang ingin dicapainya setelah bergelimang sukses? Setelah pensiun, ketua IKBM Kalbar itu ingin punya yayasan penghafal quran di Matang Sindur, Kabupaten Ketapang, tempatnya lahir dan tumbuh. Saat ini, yayasan itu sedang dirintis. Yayasan itu diberinama Mizhaslilhub. [caption id="attachment_31157" align="alignnone" width="750"]BERTEMU SUTARMIDJI - Sukiryanto selaku ketua Komite IV DPD RI ke Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) 11 Februari 2020. Mereka membahas soal progres pemekaran Provinsi Kapuas Raya. (Instagram Sukiryanto). BERTEMU SUTARMIDJI - Sukiryanto selaku ketua Komite IV DPD RI ke Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) 11 Februari 2020. Mereka membahas soal progres pemekaran Provinsi Kapuas Raya. (Instagram Sukiryanto).[/caption] “Artinya, Miz, nama ayah saya. Has itu nama datok (kakek) saya. Lilhub mendatangkan penghafal. Kalau itu sudah selesai, saya mengurangi kegiatan diri,” katanya. Sementara untuk anak-anak, sudah disiapkan usaha supaya mereka bisa mandiri. Tidak melulu bergantung dengan orang tua. Syukiryanto ingin, diusia senja bisa kembali kemasyarakat, membangun peradaban manusia. Sukiryanto adalah contoh, bagaimana kesulitan hidup atau nasib, menempa seseorang berhati baja. Syaratnya, gunakan keteguhan hati untuk melihat peluang dan usaha. Selebihnya, biarlah Tuhan yang menentukan. (***)

Leave a comment