Sejarah Sinjai Berikut Kerajaan di Masa Lalu yang Wajib Kamu Tahu

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
SINJAI, Insidepontianak.com – Wilayah Sinjai terbentuk dari penggabungan beberapa kerajaan yang merupakan bagian dari federasi Tellulimpoe dan Pitulimpoe. Telulimpoe terdiri dari kerajaan-kerajaan yang terletak di dekat wilayah pesisir, seperti Tondong Bulo-Bulo dan Lamati. Sedangkan Pitulimpo meliputi kerajaan-kerajaan yang berada di dataran tinggi, seperti Torungen, Menimpahoi, Terasa, Pao Manipi, Suka, dan Balasuka. Komunikasi politik antara kerajaan-kerajaan tersebut dibangun di atas landasan saling menghormati dan menjunjung tinggi konsep sirui menre tessirui no, Jika dimaknai dalam bahasa indonesia, berarti saling mengangkat dan bukan untuk saling menjatuhkan. Para raja juga saling mengingatkan satu sama lain ketika salah satu dari mereka melakukan kesalahan. Menurut Lontara, catatan sejarah tradisional Bugis, raja pertama Sinjai adalah Manurunge Iritan Ranili, yang kemudian dikenal dengan nama Timpa Etana atau Topa. Dia adalah keturunan dari Buatan Timpa Air Tanah, pendiri kerajaan Tondong Bulo-Bulo dan Lamatti. Kerajaan pertama yang berkembang di wilayah Pitulimpoe adalah Torungeng, yang ratu nya menikah dengan putra Raja Tallo. Kemudian, salah satu wanita dari Pintulimpoe juga menikah dengan seorang pangeran dari Bone. Pernikahan ini menghasilkan tujuh orang anak, satu anak perempuan dan enam anak laki-laki. Anak perempuan menggantikan ibunya sebagai ratu, sementara yang lainnya tersebar di Manimpahoi dan Balasuka. Meskipun kerajaan-kerajaan tersebut merupakan bagian dari sebuah federasi, namun setiap kerajaan tetap memiliki pemerintahannya sendiri-sendiri. Tidak ada konflik atau perang di antara mereka. Hubungan antara kerajaan-kerajaan tersebut didasarkan pada ikatan kekeluargaan, yang disebut Sinjai, yang berarti "merajut bersama seperti benang." Pada tahun 1557, sebuah benteng yang disebut Benteng Balangnipa dibangun oleh tiga kerajaan, yaitu Lamtt, Bulo-Bulo, dan Tondo. Benteng ini kemudian dipugar oleh pemerintah Belanda pada tahun 1564. Tahun 1564 merupakan tahun yang penting bagi wilayah Sinjai karena menerima banyak kunjungan dari dua kerajaan besar yang sedang berperang dan saling berebut pengaruh, yaitu Bone dan Gowa. Wilayah Sinjai secara strategis terletak di perbatasan antara dua kerajaan tersebut. Namun, federasi Tellulimpoe dan Pintulmpoe tetap bersikap netral dan bahkan membantu mempertemukan para pemimpin kerajaan yang bertikai untuk berunding dan berdamai. (Zumardi). ***
Penulis : admin
Editor :

Leave a comment